Indonesia masuk Piala Dunia? Kapan ya? Pertanyaan yang muncul tiap Piala Dunia dimulai, karena lagi-lagi tim nasional Indonesia tidak dapat mengikuti ajang bergengsi ini. Tapi tahukah kita kalau Indonesia pernah mengikuti ajang ini dahulu kala (saking udah lamanya). Hanya saja bukan dengan nama Indonesia, melainkan Hindia Belanda.
Pada waktu itu untuk ikut serta tidaklah melalui babak kualifikasi. Karena pada saat itu transportasi belum semaju sekarang dan biayanya sangat tidak terjangkau, maka peraturannya adalah negara manapun yang mampu membawa timnya ke negara penyelenggara berhak mengikuti Piala Dunia. Berikut bahasan lengkap tentang keikutsertaan Indonesia di Piala Dunia 1938.
Berdasarkan data dari FIFA tertulis Indonesia adalah negara Asia pertama yang pernah ikut Piala Dunia di Perancis tahun 1938, namun menurut FIFA, pada waktu itu negara yang memiliki bendera berwarna Merah Putih ini masih mengusung namaNederlandsche East Indies atau Hindia Belanda. Data tersebut kemudian menyebar dan gentayangan di internet, termasuk situs informasi terbesar Wikipedia pun ikut-ikutan bangga menuliskannya.
Dengan adanya catatan sejarah tersebut, ada sedikit pertanyaan-pertanyaan mendasar yang perlu kita pertimbangkan.
Pertama, Apakah anda percaya, saat sebuah negara sedang dijajah, dilanda kepahitan, disuruh kerja rodi habis-habisan, ada beberapa pemuda di negara tersebut masih sempat memikirkan Piala Dunia?
Kedua, Apakah anda percaya, pada masa pengekangan yang disebut oleh Belanda, situasi politik ‘purifikasi’ atau ‘pemurnian’ yang artinya menumpas segala kecenderungan ke arah redasikalisasi – dimana saat itu gerak-gerik pejuang-pejuang muda Indonesia, seperti Partindo dan PNI Baru, sedang diawasi secara ketat – malah ada beberapa pemuda Indonesia yang berusaha ikut serta dalam Piala Dunia FIFA?
Bayangkan saja, jika presiden Indonesia pertama, Soekarno, masih hidup, dan pertanyaan yang sama dilontarkan kepada beliau, “Benarkah Indonesia pernah ikut Piala Dunia FIFA?”
Yakinlah, Soekarno tentu akan menjawab, “Tidak! Yang ikut serta waktu itu adalah Belanda!”
Perang Dunia dan Piala Dunia
Sebenarnya, Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia FIFA tahun 1938 tersebut, terdiri dari dua negara, yaitu Hindia Belanda dan Jepang. Bahkan, Cina (Tiongkok) yang diakui oleh FIFA pada tanggal 20 Mei 2004, saat ulang tahun FIFA yang ke-100, sebagai negara asal mula sepakbola (manuskrip dari masa Dinasti Tsin, 255-206 SM), tidak ikut serta. Artinya, masa-masa itu situasi dan kondisi setiap negara penuh dengan perselisiahan dan pertikaian.
Berikut adalah data yang terjadi di tahun 1938.
1. Indonesia atau Hindia Belanda yang lolos atas nama Asia tersebut, sebenarnya menang tanpa bertanding. Saat itu Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang terjadi Perang Sino-Jepang (perang besar antara Jepang dengan Cina).
2. Negara Austria terpaksa tidak ikut serta dalam Piala Dunia 1938, karena pada saat itu kekuasaannya sedang diambilalih oleh Jerman (tim kuat Eropa di tahun 1930-an).
3. Inggris dan Italia saat itu sedang mengalami perselisihan politik, dukung-mendukung gerakan pemberontakan dengan negara Eropa lain, menyebabkan Inggris juga tidak ikut serta.
4. Uruguay masih marah karena tim-tim Eropa tidak datang mengikuti Piala Dunia di tahun 1930 yang diadakan di Montevideo, memutuskan timnya untuk tidak turun.
5. Spanyol yang dilanda perang saudara sehingga tim yang diperediksikan dapat menggalahkan Italia di final, juga tidak dapat ikut.
6. Argentina memboikot Piala Dunia FIFA 1938, karena memandang bahwa penyelenggaraan Piala Dunia harus bergantian diadakan di benua Amerika dan Eropa. Dan pemboikotan itu didukung pula oleh tim kesebelasan lainnya dari Amerika Selatan. Akibatnya, hanya Kuba dan Brasil yang mewakili Amerika Selatan di Piala Dunia 1938 di Perancis.
7. Piala Dunia di tahun itu juga diwarnai protes oleh Amerika Serikat, ditambahlagi situasi politik di negara Amerika Serikat sedang panas-panasnya.
Akhirnya pada tahun 1938, Piala Dunia FIFA yang diadakan di Perancis, hanya diikuti lima belas peserta, yaitu Italia, Jerman, Swedia, Norwegia, Brasil, Kuba, Swiss, Polandia, Hindia Belanda, Rumania, Hongaria, Cekoslowakia, Belanda dan Belgia.
Dari data tersebut, tentunya yang perlu digaris-bawahi bahwa perang dan situasi politik di sebuah negara, menentukan keikutsertaan sebuah negara dalam kompetesi antar negara.
Indonesia
Menerjemahkan diksi “Indonesia” memang selalu penuh dengan ambiguitas. Pemaknaan mengenai Indonesia pun seringkali terjadi kerancuan. Indonesia yang kita bicarakan sebenarnya menurut kebesaran Majapahit-kah? Sriwijaya-kah? Ingris, Portugis, atau Belanda-kah? Jika berdasarkan Belanda, maka wajar jika Timor Timur memutuskan untuk hengkang dari Indonesia membentuk negara baru yang merupakan bagian dari Portugis, dan Malaysia tidak mengakui Indonesia sebagai saudaranya, karena negara tersebut dijajah oleh Inggris.
Di televisi, seringkali kita mendengar sebuah kompotesi atau perlombaan yang menggunakan nama Indonesia yang ternyata hanya Jawa saja, atau Sumatera saja, seakan Sulawesi, Kalimatan, Irian Jaya, seringkali tidak dianggap bagian dari Indonesia. Inilah yang terjadi pada waktu Piala Dunia FIFA 1938.
Tim nasional Hindia Belanda yang ikut serta di Piala Dunia 1938 tersebut adalah kesebelasan NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) dari Belanda bukan PSSI (dulu dibaca: Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia).
PSSI dan Kecurangan Belanda
Seperti yang kita ketahui, PSSI sudah terbentuk tahun 1930 yang bertepatan dengan tahun dimulainya Piala Dunia FIFA di Uruguay. Saat itu, PSSI didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa.
Awalnya, pengiriman kesebelasan Nederlandsche East Indies sempat menjadi masalah. Pasalnya, NIVU atau organisasi sepak bola Belanda di Indonesia bersitegang dengan PSSI. PSSI yang saat itu dipimpin, Ir. Soeratin, ingin agar pemain PSSI yang dikirimkan ke Perancis.
NIVU dan PSSI kemudian membuat kesepakatan pada 5 Januari 1937, salah satu butirnya yakni dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia atau semacam seleksi tim. Namun, NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya.
Konon, NIVU melakukannya karena tak mau kehilangan muka, karena PSSI masa itu memiliki tim yang kuat, termasuk kipernya yaitu R. Maladi. Hal ini membuat Soeratin sangat marah dan PSSI lantas membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU saat Kongres PSSI di Solo pada 1938. Andai saja Tim PSSI yang berangkat, mungkin mereka akan bertanding mewakili Indonesia, dan bukan Belanda.
Namun, akhirnya yang dikirim mewakili Hindia Belanda adalah kesebelasan berbendera NIVU, karena PSSI belum diakui FIFA. Pemain-pemainnya pun bukan pemain PSSI, tapi mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
Dari sini terlihat, bahwa sebenarnya Belanda telah melakukan kamuflase dalam Piala Dunia 1938, yang tidak disadari oleh FIFA. Kamuflase tersebut berbentuk nama Hindia Belanda, yang sesungguhnya adalah Tim dari Belanda.
Artinya, timbul kesan bahwa Belanda memiliki dua kesebelasan yang ikut serta dalam Piala Dunia FIFA di Perancis, berharap salah satu di antara keduanya dapat memenangkan kejuaraan antar negara tersebut, dan menjadi bagan dari sejarah sepak bola dunia
Apabila Hindia Belanda menang, satu hal yang penting digarisbawahi, bahwa Belanda kemungkinan bakal mengatakan bahwa sebenarnya Belanda-lah yang menang di Piala Dunia 1938 di Perancis, bukalah Indonesia (Hindia Belanda). Maka, beruntunglah Hindia Belanda kalah telak di babak penyisihan oleh Hongaria dengan skor 0-6, karena jelas-jelas tim skuad kesebelasan yang bermain bukanlah murni atas nama Indonesia, tetapi Belanda.
Inilah skuad kesebalasan Hindia Belanda di Piala Dunia FIFA 1938 tersebut:
Beuzekom, Henk Sommers, Tan Mo Heng, Hartung, Tan Djien, Hans Taihuttu, Suvarte Soedermadji, Frans Meeng, Sutan Anwar, Van Den Burg, Frederik Hukom, Nawir, Tjaak Pattiwael, Faulhaber, Kolle, Telwe, Bing Mo Heng, Jack Sanniels, dan Tan Se Han.
Pelatih: Johannes Mastenbroek.