Kamis, 27 Februari 2014
Misteri Kematian Matahari Dalam Al-Quran
(www.lasdipo.com) – “Dan Matahari berjalan ke tempat Peristirahatannya. Itu adalah keputusan dari Yang Mahakuasa, Yang Maha Mengetahui,” (QS. Yaasin : 38).
Matahari telah memancarkan panas selama sekitar 5.000.000.000 tahun sebagai akibat dari reaksi kimia konstan berlangsung pada permukaannya. Pada saat yang ditentukan oleh Allah di masa depan, reaksi ini pada akhirnya akan berakhir, dan Matahari akan kehilangan semua energi dan akhirnya Mati. Dalam konteks itu, ayat di atas dapat dijadikan acuan bahwa pada suatu hari energi matahari akan segera berakhir. (Allah maha tahu akan kebenarannya).
Kata Arab “limustaqarrin” dalam ayat ini merujuk pada tempat tertentu atau waktu. Kata “tajri” diterjemahkan sebagai “berjalan,” juga bermakna seperti “untuk bergerak, untuk bertindak cepat, untuk bergerak, mengalir.” Tampaknya dari arti kata bahwa Matahari akan terus dalam perjalanannya dalam ruang dan waktu nya, tetapi pergerakan ini akan berlanjut sampai waktu tertentu yang telah ditetapkan. Ayat “Ketika matahari dipadatkan dalam kegelapan,” (QS. At-Takwir : 1) yang muncul dalam deskripsi Hari Kiamat, memberitahu kita bahwa seperti waktu itu akan datang. Waktu tersebut hanya diketahui oleh Allah.
Kata Arab “taqdiiru,” diterjemahkan sebagai “keputusan” dalam ayat tersebut, termasuk makna seperti “untuk menunjuk, untuk menentukan nasib sesuatu, untuk mengukur.” Dengan ungkapan dalam ayat 38 dari Surah Yaasin, kita diberitahu bahwa masa hidup Matahari terbatas pada jangka waktu tertentu, yang ditahbiskan oleh Allah.
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu,” (QS. Ar-Ra’d : 2).
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari,” (QS. Fatir : 13).
Penggunaan “musamma” kata dalam ayat di atas menunjukkan bahwa masa hidup Matahari akan berjalan untuk “jangka waktu tertentu.” analisis ilmiah tentang akhir Matahari menjelaskan sebagai mengkonsumsi 4 juta ton materi kedua dan mengatakan bahwa Matahari akan mati ketika bahan bakar yang dimiliki semua telah dikonsumsi oleh matahari.
Kesatuan Panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari adalah energi yang dilepaskan seketika Hal ini dikonsumsi sebagai inti hidrogen berubah menjadi helium dalam proses fusi nuklir. Energi Matahari, dan karena itulah daya hidupnya, sehingga akan berakhir setelah bahan bakar ini telah digunakan. (Allah maha mengetahui kebenaran.)
Laporan berjudul The Death Of The Sun oleh Departemen Ilmu BBC News mengatakan : … Matahari secara bertahap akan mati. Sebagai inti bintang ke dalam kehancuran, akhirnya akan menjadi cukup panas untuk memicu atom lain menyusunnya menjadi helium.
Sebuah documenter yang juga berjudul The Death Of The Sun disiarkan oleh National Geographic TV, memberikan penjelasan sebagai berikut:
Matahari menghasilkan panas dan menopang kehidupan di planet kita. Tapi seperti manusia, Matahari juga memiliki umur yang terbatas. Seiring dengan penuaan bintang tersebut, Matahari akan menjadi lebih panas dan menguapkan semua lautan kita dan membunuh semua kehidupan di planet Bumi…
Matahari terus menjadi lebih panas karena usia dan membakar bahan bakar lebih cepat. Suhu akan meningkat, akhirnya memusnahkan kehidupan hewan, penguapan laut dan membunuh semua kehidupan tanaman…
Matahari akan membengkak dan menjadi bintang raksasa merah, menelan planet-planet terdekat. Daya tarik gravitasinya akan berkurang dan memungkinkan Bumi tertarik kedalamnya. Pada akhirnya, ia akan menyusut menjadi bintang kecil putih, memancarkan cahaya selama seminggu untuk ratusan miliar tahun.
Para ilmuwan baru-baru ini menguraikan struktur Matahari dan menemukan apa yang terjadi di dalamnya. Sebelum artikel ini di turunkan, tak ada yang tahu bagaimana memperoleh energi matahari atau bagaimana Matahari menghasilkan panas dan cahaya.
Dan ternyata seluruh ilmu pengetahuan tentang misteri matahari telah tercatat di dalam Al-Qur’an. Masya Allah
“ … Pengetahuan Rabbku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” (QS. Al-An’am : 80).
[Shairafi|Lasdipo.com, Miracle Of Qur’an]
Tinjauan kritis terhadap Logika ZEM dalam “misteri Al-quran”
Tinjauan kritis terhadap Logika ZEM dalam “misteri Al-quran”
Tulisan
ini pada dasarnya bukan merupakan serangan terhadap keyakinan
teman-teman kompasiana yang beragama islam. namun hanya merupakan telaah
kritis yang terhadap logika ZEM dalam tulisannya "Misteri
Al-quran". jika kemudian ada simbol-simbol islam yang disingung dalam
tulisan ini, hal ini harus dilihat sebatas respon terhadap premis-premis
ZEM yang melibatkan simbol-simbol tersebut dan bukan serangan terhadap
simbol-simbol tersebut secara khusus.
keyakinan
memang tidak selamanya dapat ditelaah berdasarkan logika, namun ketika
ZEM pada paragraf penutup menyatakan bahwa tulisannya ilmiah, maka
tulisannya harus dapat diuji keilmiahannya. tulisan ini merupakan upaya
mengkaji tulisan ZEM dalam ranah ilmiah seperti yang dilebelkannya pada
tulisannya . Zul memberikan argumentasinya untuk menjelaskan bahwa
Al-quran telah memberikan kontribusi yang berharga terhadap perdaban
dunia modern, namun saya menemukan bahwa hampir semua prseoposisi yang
dibangun oleh ZEM hancur secara logis. Secara umum ada 4 kesesatan berpikir yang Zul lakukan Dalam tulisannya ini.
1.Pos Hoc Ergo Propter Hoc
Kesesatan berpikir ini adalah menarik kesimpulanbahwa
sebuah peristiwa dijadikan sebab bagi peristiwa berikutnya, hanya
karena peristiwa yang pertama secara kebetulan mendahului peristiwa
yang terakhir. ZEM menulisakan bahwa karena islam sudah ada di
Binzantium dan kemudian ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di
Binzantium maka kesimpulannya islam telah menyebabkan
perkembangan sains dan teknologi di binzantium. Logika ini sama dengan
mengatakan bahwa karena ayam berkokok dan kemudian matahari terbit maka
kokokan ayam yangtelah membuat matahari terbit. Ayolah … Zul, don’t be selly
2.Amphiboly
Amphiboly
merupakan kesesatan berpikir dimana pengajuan premis-premis memiliki
konstruksi gramatikal yang ambigu. Sebuah pernyataan dikatakan Ambhiboly jika tidak memiliki batasan makna yang jelas.ZEM
menulis tentang keajaiban angka 7 dalam Alquran, dan kemudian ZEM
memotong beberapa ayat Quran dan mencocokan dengan kenyataan di luar
quran (sains misalanya) untuk menunjukkan bahwa quran cocok dengan
sains. namun apakah benar bahwa setiap penyebutan angka 7 selalu
memiliki makna inplisit? dan sejauh mana penyebutan suatau angka selalu memiliki
makna insplisit ? dan bagaimanakah dengan angka-angka lain yang
disebutkan dalam quran, apakah juga memiliki makna implicit ?
pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab karena tidak ada batasan yang
jelas dalam menentukan suatu makna dibalik symbol. Sehingga kita tidak
dapat memastikan apakah angka 7 dalam al-quran benar-benar bermakna
misterius ataukah hanyalah akal-akalan ZEM untuk mempengaruhipresepsi pembaca tentang kemesteriusan angka 7.
3.Argumentum ad ignorantiam
Kesesatan
ini bertolak dari suatu keyikinan yang tidak mudah ditolak dan tidak
dmudah diterima kebenarannya. ZEM menuliskan bahwa Alquran benar karena menurut Al-quran, Allahlah yang mewahyukan Al-quran maka Al-quran benar. Ini adalah argumentasi sirkular yang
tidak memiliki otoritas ultimat sebagai kristeria dasar untuk
memverifikasi sebuah hipotesis. Hal ini sama saja dengan berkata: kata
ibunya andi, andi pasti tidak mencuri karena andi berkata ia tidak
mencuri, jadi kesimpulannya andi tidak mencuri. ini konyol anda tidak
dapat melandaskan suatu preposisi hanya berdasarkan keyakinan seseorang,
kemudian menjadikan keyakinan itu sebagai landasan argumentasi anda.
4.Argumentum adVerecudiam
Kesesatan
ini berarti bahwa mengangap bahwa semua pandangan dari para ahli tentag
apa saja sudah pasti benar. ZEM menuliskan bahwa para sastrawan arab,
R.V.C. Bodley, R. Boswort Smith, Michel Hart sangat menghormati Muhammad atau Alquran.Maka kesimpulannya Muhammad pasti seorangNabi dan Alquran pasti wahyu Allah. saya tidak menolak bahwa gagasan seorang pakar memiliki
bobot ilmiah dan dapat memberikan bukti-bukti ilmiah, selama masih
relevan dengan keilmuawannya. Tapi tokoh-tokoh yang dipaparkan si Zul
tidak punya bidang keilmuan apapun khusunya dalam topic yang sedang
dibahas. R.V.C. Bodley adalah mantan seorang tentara yang
kemudian menjadi jurnalis, R. Boswort Smith seorang kepala sekolah,
Michael H. Hart adalah seorang saintis yang melompat keluar dari bidang
keahliannya dan menulis 100 orang berpengaruh, yang seharusnya pekerjaan
ahli sosial-budaya, atau antropolog. Artinya kutipan-kutipan dari para
tokoh ini, tidak memiliki bobot ilmiah khususnya tentang topic yang
dibahas. Dengan kata lain penytaan para tokoh tersebut yang kemudian
digunakan sebagai dasar verifikasi kebenearan invalid. Karena
pernyataan-pernyataan trsebut diluar keilmuan mereka.
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
———————————-
Berinteraksi dengan Jin
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Jin memang diakui keberadaannya dalam
syariat. Sayangnya, banyak masyarakat yang menyikapinya dengan dibumbui
klenik mistis. Bahkan belakangan, tema jin dan alam ghaib menjadi salah
satu komoditi yang menyesaki tayangan berbagai media.
Fenomena alam jin akhir-akhir ini menjadi
topik yang ramai diperbincangkan dan hangat di bursa obrolan. Menggugah
keinginan banyak orang untuk mengetahui lebih jauh dan menyingkap tabir
rahasianya, terlebih ketika mereka banyak disuguhi tayangan-tayangan
televisi yang sok berbau alam ghaib. Lebih parah lagi, pembahasan
seputar itu tak lepas dari pemahaman mistik yang menyesatkan dan
membahayakan aqidah. Padahal alam ghaib, jin, dan sebagainya merupakan
perkara yang harus diimani keberadaannya dengan benar.
Membahas topik seputar jin sendiri
sejatinya sangatlah panjang. Sampai-sampai guru kami Asy-Syaikh Muqbil
bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Bila ada seseorang yang menulisnya,
tentu akan keluar menjadi sebuah buku seperti Bulughul Maram atau
Riyadhus Shalihin, dilihat dari sisi klasifikasinya, yang muslim dan
yang kafir, penguasaan jin dan setan, serta godaan-godaannya terhadap
Bani Adam.”
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Keagamaan Kaum Jin
Jin tak jauh berbeda dengan Bani Adam. Di
antara mereka ada yang shalih dan ada pula yang rusak lagi jahat.
Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menghikayatkan mereka:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak
demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (Al-Jin:
11)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran.” (Al-Jin: 14)
Di antara mereka ada yang kafir, jahat
dan perusak, ada yang bodoh, ada yang sunni, ada golongan Syi’ah, serta
ada juga golongan sufi.
Diriwayatkan dari Al-A’masy, beliau
berkata: “Jin pernah datang menemuiku, lalu kutanya: ‘Makanan apa yang
kalian sukai?’ Dia menjawab: ‘Nasi.’ Maka kubawakan nasi untuknya, dan
aku melihat sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat siapa-siapa.
Kemudian aku bertanya: ‘Adakah di tengah-tengah kalian para pengikut
hawa nafsu seperti yang ada di tengah-tengah kami?’ Dia menjawab: ‘Ya.’
‘Bagaimana keadaan golongan Rafidhah yang
ada di tengah kalian?” tanyaku. Dia menjawab: ‘Merekalah yang paling
jelek di antara kami’.”
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Aku
perlihatkan sanad riwayat ini pada guru kami, Al-Hafizh Abul Hajjaj
Al-Mizzi, dan beliau mengatakan: ‘Sanad riwayat ini shahih sampai
Al-A’masy’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 4/451)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Mendakwahi Jin
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat
agung. Dakwah merupakan bagian dari kewajiban yang paling penting yang
diemban kaum muslimin secara umum dan para ulama secara lebih khusus.
Dakwah merupakan jalan para rasul, di mana mereka merupakan teladan
dalam persoalan yang besar ini.
Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
mewajibkan para ulama untuk menerangkan kebenaran dengan dalilnya dan
menyeru manusia kepadanya. Sehingga keterangan itu dapat mengeluarkan
mereka dari gelapnya kebodohan, dan mendorong mereka untuk melaksanakan
urusan dunia dan agama sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Dakwah yang diemban Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah dakwah yang universal, tidak terbatas kepada
kaum tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum jin pun menjadi
bagian dari sasaran dakwahnya.
Al-Qur`an telah mengabarkan kepada kita
bahwa sekelompok kaum jin mendengarkan Al-Qur`an, sebagaimana tertera
dalam surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita
Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberitahukan yang demikian itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Telah
diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan
Al-Qur`an, lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan
Al-Qur`an yang menakjubkan’,” dan seterusnya. (Lihat Al-Qur`an surat
Al-Jin: 1)
Tujuan dari itu semua adalah agar manusia
mengetahui ihwal kaum jin, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus kepada segenap manusia dan jin. Di dalamnya terdapat petunjuk
bagi manusia dan jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni beriman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan hari akhir. Juga taat
kepada Rasul-Nya dan larangan dari melakukan kesyirikan dengan jin.
Jika jin itu sebagai makhluk hidup,
berakal dan dibebani perintah dan larangan, maka mereka akan mendapatkan
pahala dan siksa. Bahkan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
diutus kepada mereka, maka wajib atas seorang muslim untuk memberlakukan
di tengah-tengah mereka seperti apa yang berlaku di tengah-tengah
manusia berupa amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah seperti yang telah
disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Juga seperti yang
telah diserukan dan dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas
mereka. Bila mereka menyakiti, maka hadapilah serangannya seperti saat
membendung serangan manusia. (Idhahu Ad-Dilalah fi ‘Umumi Ar-Risalah,
hal. 13 dan 16)
Mendakwahi kaum jin tidaklah mengharuskan
seseorang untuk terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan mereka,
serta bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah
diperintahkan. Sebab, lewat majelis-majelis ta’lim dan kegiatan dakwah
lainnya yang dilakukan di tengah-tengah manusia berarti juga telah
mendakwahi mereka.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ. وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ
“Ya Rabbku, aku berlindung kepada Engkau
dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya
Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu`minun: 97-98) [lihat
Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin]
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Adakah Rasul dari Kalangan Jin?
Para ulama berselisih pendapat tentang
masalah ini, apakah dari kalangan jin ada rasul, ataukah rasul itu hanya
dari kalangan manusia? Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ
“Wahai golongan jin dan manusia, apakah
belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu
terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” Mereka berkata: ‘Kami menjadi
saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan
mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah
orang-orang yang kafir.” (Al-An’am: 130)
Sebagian
ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan bahwa ada rasul dari
kalangan jin. Juga berdalilkan dengan sebuah atsar (riwayat) dari
Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Beliau mengatakan bahwa ada rasul dari
kalangan jin. Yang berpendapat seperti ini di antaranya adalah Muqatil
dan Abu Sulaiman, namun keduanya tidak menyebutkan sandaran (dalil)-nya.
(Zadul Masir, 3/125) Yang benar, wal ’ilmu ’indallah, tidak ada rasul
dari kalangan jin. Dan pendapat inilah yang para salaf dan khalaf berada
di atasnya. Adapun atsar yang datang dari Adh-Dhahhak, telah
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (12/121). Namun di dalam
sanadnya ada syaikh (guru) Ibnu Jarir yang bernama Ibnu Humaid yakni
Muhammad bin Humaid Abu Abdillah Ar-Razi. Para ulama banyak
membicarakannya, seperti Al-Imam Al-Bukhari telah berkata tentangnya:
“Fihi nazhar (perlu ditinjau kembali, red.).” Al-Imam Adz-Dzahabi
rahimahullahu berkata: “Dia, bersamaan dengan kedudukannya sebagai imam,
adalah mungkarul hadits, pemilik riwayat yang aneh-aneh.” (Siyarul
A’lam An-Nubala`, 11 / 530). Lebih lengkapnya silahkan pembaca merujuk
kitab-kitab al-jarhu wa ta’dil.
Ibnu
Katsir rahimahullahu berkata: “Tidak ada rasul dari kalangan jin
seperti yang telah dinyatakan Mujahid dan Ibnu Juraij serta yang lainnya
dari para ulama salaf dan khalaf. Adapun berdalil dengan ayat –yakni
Al-An’am: 130–, maka perlu diteliti ulang karena masih terdapatnya
kemungkinan, bukan merupakan sesuatu yang sharih (jelas pendalilannya).
Sehingga kalimat ‘dari golongan kamu sendiri’ maknanya adalah ‘dari
salah satu golongan kamu’.” (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 2/188)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Menikah dengan Jin
Menikah adalah satu-satunya cara terbaik
untuk mendapatkan keturunan. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
mensyariatkannya untuk segenap hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَأَنْكِحُوا اْلأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari
hamba-hamba sahayamu yang perempuan.”(An-Nuur: 32)
Kaum jin memiliki keturunan dan anak
keturunannya beranak-pinak, sebagaimana manusia berketurunan dan anak
keturunannya beranak-pinak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ
“Patutkah kalian mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah
musuh kalian?” (Al-Kahfi: 50)
Kalangan kaum jin itu ada yang berjenis
laki-laki dan ada juga perempuan, sehingga untuk mendapatkan keturunan
merekapun saling menikah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ
“Tidak pernah disentuh oleh manusia
sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan
tidak pula oleh jin.” (Ar-Rahman: 56)
Artha’ah Ibnul Mundzir rahimahullahu
berkata: “Dhamrah ibnu Habib pernah ditanya: ‘Apakah jin akan masuk
surga?’ Beliau menjawab: ‘Ya, dan mereka pun menikah. Untuk jin yang
laki-laki akan mendapatkan jin yang perempuan, dan untuk manusia yang
jenis laki-laki akan mendapatkan yang jenis perempuan’.” (Diriwayatkan
oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 4/288)
Termasuk kasih sayang Allah Subhanahu wa
Ta’ala terhadap Bani Adam, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan untuk
mereka suami-suami atau istri-istri dari jenis mereka sendiri. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Rum: 21)
Perkara ini, yakni pernikahan antara
manusia dengan manusia adalah hal yang wajar, lumrah dan sesuai tabiat,
karena adanya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah mereka.
Persoalannya, mungkinkah terjadi pernikahan antara manusia dengan jin,
atau sebaliknya jin dengan manusia?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu berkata: “Pernikahan antara manusia dengan jin memang ada
dan dapat menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer.
Para ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para ulama tidak
menyukai pernikahan dengan jin.” (Idhahu Ad-Dilalah hal. 16) 1
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu
mengatakan: “Para ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini
sebagaimana dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun
menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim menikahi
jin wanita yang muslimah. Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-nya…” (Ar-Rum: 21),
maka –maknanya– ini adalah anugrah yang
terbesar di mana manusia yang jenis laki-laki menikah dengan manusia
yang jenis perempuan, dan jin laki-laki dengan jin perempuan.
Tetapi jika seorang laki-laki dari
kalangan manusia menikah dengan seorang perempuan dari kalangan jin,
maka kita tidak memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya.
Demikian juga sebaliknya. Hanya saja Al-Imam Malik rahimahullahu tidak
menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu dia
ditanya: “Siapa suamimu?” Dia menjawab: “Suamiku dari jenis jin.”
Saya (Asy-Syaikh Muqbil) katakan:
“Memungkinkan sekali fenomena yang seperti ini membuka peluang
terjadinya perzinaan dan kenistaan.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal
Jin)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Meminta Bantuan Jin
Sangat rasional dan amatlah sesuai dengan
fitrah bila yang lemah meminta bantuan kepada yang kuat, dan yang
kekurangan meminta bantuan kepada yang serba kecukupan.
Manusia lebih mulia dan lebih tinggi
kedudukannya daripada jin. Sehingga sangatlah jelek dan tercela bila
manusia meminta bantuan kepada jin. Selain itu, bila ternyata yang
dimintai bantuannya adalah setan, maka secara perlahan, setan itu akan
menyuruh kepada kemaksiatan dan penyelisihan terhadap agama Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin. Maka jin-jin itu menambah ketakutan bagi
mereka.” (Al-Jin: 6)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata:
“Ada sekelompok orang dari kalangan manusia yang menyembah beberapa dari
kalangan jin, lalu para jin itu masuk Islam. Sementara sekelompok
manusia yang menyembahnya itu tidak mengetahui keislamannya, mereka
tetap menyembahnya sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela mereka.”
(Diambil dari Qa’idah ’Azhimah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 24)
Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib
dan tidak punya kekuatan untuk memberikan kemudharatan tidak pula
mendatangkan kemanfaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan
kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kematiannya itu kepada
mereka kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah
tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau mereka mengetahui yang ghaib
tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)
Jin tidak memiliki kemampuan untuk
menolak mudharat atau memindahkannya. Jin tidak bisa mentransfer
penyakit dari tubuh manusia ke dalam tubuh binatang. Demikian pula
manusia, tidak punya kemampuan untuk itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِاْلآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ. قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَ يَمْلِكُوْنَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي اْلأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيْهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيْرٍ
“Dan tidak adalah kekuasaan Iblis
terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa
yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu
tentang itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu. Katakanlah:
‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai sesembahan) selain Allah,
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di
bumi. Dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan)
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya’.” (Saba`: 21-22)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Gangguan Jin
Secara umum, gangguan jin merupakan
sesuatu yang tidak diragukan lagi keberadaannya, baik menurut
pemberitaan Al-Qur`an, As-Sunnah, maupun ijma’. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu
gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِي فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِي اللهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَم: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي. فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِيًا
“Sesungguhnya setan menampakkan diri di
hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan
kepadaku untuk menghadapinya. Maka aku pun membiarkannya. Sebenarnya aku
ingin mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi
aku teringat perkataan saudaraku Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun
sesudahku’. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.” (HR. Al-Bukhari
no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sedang mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau
memegangnya dan mencekiknya. Beliau bersabda:
حَتَّى إِنِّي لأَجِدُ بَرْدَ لِسَانِهِ فِي يَدَيَّ
“Hingga tanganku dapat merasakan lidahnya
yang dingin yang menjulur di antara dua jariku: ibu jari dan yang
setelahnya.” (HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu
‘anhu)
Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلاَتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا. قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي
“Wahai Rasulullah, setan telah menjadi
penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku.” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah setan yang bernama
Khanzab. Jika engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah
darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali.” Aku pun melakukannya dan
Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul
’Ala`)
Gangguan jin juga bisa berupa masuknya
jin ke dalam tubuh manusia yang diistilahkan orang sekarang dengan
kesurupan atau kerasukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu berkata: “Keberadaan jin merupakan perkara yang benar
menurut Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan salaful ummah
dan para imamnya. Demikian pula masuknya jin ke dalam tubuh manusia
adalah perkara yang benar dengan kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal
Jamaah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)
Dan dalam hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam diri anak Adam melalui aliran darah.”
Tidak ada imam kaum muslimin yang
mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Siapa yang
mengingkarinya dan menyatakan bahwa syariat telah mendustakannya,
berarti dia telah mendustakan syariat itu sendiri. Tidak ada dalil-dalil
syar’i yang menolaknya.” (Majmu’ul Fatawa, 24/276-277, diambil dari
tulisan Asy-Syaikh Ibnu Baz, Idhahul Haq)
Ibnul Qayyim juga telah panjang lebar menerangkan masalah ini. (Lihat Zadul Ma’ad, 4/66-69)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Golongan yang Mengingkari Masuknya Jin ke dalam Tubuh Manusia (Kesurupan)
a. Kaum orientalis, musuh-musuh Islam yang tidak percaya kecuali kepada hal-hal yang bisa diraba panca indra.
b. Para ahli filsafat dan antek-anteknya,
mereka mengingkari keberadaan jin. Maka secara otomatis merekapun
mengingkari merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.
c. Kaum Mu’tazilah, mereka mengakui adanya jin tetapi menolak masuknya jin ke dalam tubuh manusia.
d. Prof. Dr. ‘Ali Ath-Thanthawi, guru
besar Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia mengingkari dan mendustakan
terjadinya kesurupan karena jin dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu
yang direkayasa (lihat artikel Idhahul Haq fi Dukhulil Jinni Fil Insi,
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu)
e. Dr. Muhammad Irfan. Dalam surat kabar
An-Nadwah tanggal 14/10/1407 H, menyatakan bahwa: “Masuknya jin ke dalam
tubuh manusia dan bicaranya jin lewat lisan manusia adalah pemahaman
ilmiah yang salah 100%.” (Idhahul Haq)
f. Persatuan Islam (PERSIS). Dalam Harian
Pikiran Rakyat tanggal 5 September 2005, mengeluarkan beberapa
pernyataan yang diwakili Dewan Hisbahnya, sebagai berikut: “Poin 7
…Tidak ada kesurupan jin, keyakinan dan pengobatan kesurupan jin adalah
dusta dan syirik.”
Semua pengingkaran atas kemampuan
masuknya jin ke dalam tubuh manusia adalah batil. Hanya terlahir dari
sedikitnya ilmu akan perkara-perkara yang syar’i dan terhadap apa yang
ditetapkan ahlul ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Abdullah
bin Ahmad bin Hambal berkata: “Aku pernah berkata pada ayahku:
‘Sesungguhnya ada sekumpulan kaum yang berkata bahwa jin tidak dapat
masuk ke tubuh manusia yang kerasukan.’ Maka ayahku berkata: ‘Wahai
anakku, tidak benar. Mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara
lewat lidahnya’.” (Idhahu Ad-Dilalah, atau lihat Majmu’ul Fatawa, 19/10)
Berikut ini pernyataan para mufassir (ahli tafsir) berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)
Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari
rahimahullahu mengatakan: “Yakniq bahwa orang-orang yang menjalankan
praktek riba ketika di dunia, maka pada hari kiamat nanti akan bangkit
dari dalam kuburnya seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan yang
dirusak akalnya di dunia. Orang itu seakan kerasukan setan sehingga
menjadi seperti orang gila.” (Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur`an, 3/96)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu
menegaskan: “Ayat ini adalahq argumen yang mementahkan pendapat orang
yang mengingkari adanya kesurupan jin dan menganggap yang terjadi
hanyalah faktor proses alamiah dalam tubuh manusia serta bahwa setan
sama sekali tidak dapat merasuki manusia.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an,
3/355)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu
berkata: “Yakni mereka tidak akanq bangkit dari kuburnya pada hari
kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan saat
setan itu merasukinya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/359)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Penyebab Kesurupan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu menjelaskan bahwa masuknya jin pada tubuh manusia bisa
jadi karena dorongan syahwat, hawa nafsu dan rasa cinta kepada manusia,
sebagaimana yang terjadi antara manusia satu sama lainnya. Terkadang
-atau bahkan mayoritasnya- juga karena dendam dan kemarahan atas apa
yang dilakukan sebagian manusia seperti buang air kecil, menuangkan air
panas yang mengenai sebagian mereka, serta membunuh sebagian mereka
meskipun manusia tidak mengetahuinya.
Kalangan jin juga banyak melakukan
kedzaliman dan banyak pula yang bodoh, sehingga mereka melakukan
pembalasan di luar batas. Masuknya jin ke tubuh manusia terkadang
disebabkan keisengan sebagian mereka dan tindakan jahat yang
dilakukannya. (Idhahu Ad-Dilalah Fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 16)
Bagaimana kita menghindari gangguan-gangguan itu?
Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan:
“Adapun orang yang melawan permusuhan jin dengan cara yang adil
sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi
jin. Bahkan ia taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menolong orang yang
terdzalimi, membantu orang yang kesusahan, dan menghilangkan musibah
dari orang yang tertimpanya, dengan cara yang syar’i dan tidak
mengandung syirik serta tidak mengandung kedzaliman terhadap makhluk.
Yang seperti ini, jin tidak akan mengganggunya, mungkin karena jin tahu
bahwa dia orang yang adil atau karena jin tidak mampu mengganggunya.
Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia tetap
mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini, semestinya ia
melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, Al-Falaq, An-Nas (atau bacaan
lain yang semakna, ed), shalat, berdoa, dan semacam itu yang bisa
menguatkan iman dan menjauhkan dari dosa-dosa…” (Idhahu Ad-Dilalah, hal.
138)
Pembaca, demikian yang dapat kami paparkan di sini, mudah-mudahan dapat mewakili apa yang belum lengkap penjelasannya.
Wal’ilmu ’indallah.
1 Di antara ulama yang berpendapat
terlarangnya hal itu adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
rahimahullahu. Beliau mengatakan: “Saya tidak mengetahui dalam
Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adanya
dalil yang menunjukkan bolehnya pernikahan antara manusia dan jin.
Bahkan yang bisa dijadikan pendukung dari dzahir ayat adalah tidak
bolehnya hal itu.” (Adhwa`ul Bayan, 3/321)
Badruddin Asy-Syibli dalam bukunya Akamul
Mirjan mengemukakan bahwa sekelompok tabi’in membenci pernikahan jin
dengan manusia. Di antara mereka adalah Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri,
Hajjaj bin Arthah, demikian pula sejumlah ulama Hanafiyah.
Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel inidengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com
Misteri Pembangunan Piramida Mesir dalam Alquran
Semua orang sudah pasti mengetahui apa
itu Piramid, bangunan ribuan tahun yang lalu dengan konstruksi unik dan
banyak terdapat di Mesir yang sejatinya adalah makam para penguasa dan
raja dikala itu. Namun banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana
sebuah Piramid dibangun. Firaun dalam membangun Piramid menggunakan
sejumlah besar batu sampai dengan dua juta batu, banyak yang berpendapat
bahwa orang Mesir kuno memiliki kemampuan mengangkat jutaan batu yang
beratnya sekitar lima atau enam ribu kilogram.
Sudah
sekian lama para saintis kebingungan tentang bagaimana sebuah Piramid
yang merupakan salah satu bangunan ajaib di dunia ini terbentuk.
Terdapat berbagai teori yang dikemukakan untuk mengetahui teknologi yang
digunakan dalam pembangunan Piramid ini kerana teknologi untuk
mengangkat batu-batuan besar yang beratnya mencapai ribuan kilogram ke
puncak bangunan belum memungkinkan di zamannya. Apakah rahasia dibalik
pembangunan Piramid tersebut?
Penelitian terbaru mengatakan bahwa Piramid dibangun dari tanah liat dan panas. Harian Amerika Times edisi 1/12/06 menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun Piramid. Menurut kajian Amerika-Perancis tersebut, disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat Piramid adalah dari tanah liat yang dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sukar dibedakan dengan batu alam.
Para saintis mengatakan bahwa Firaun mahir dibidang ilmu kimia dalam memproses tanah liat sehingga menjadi batu normal. Teknik yang mereka gunakan sangat misteri dilihat dari spesifikasi batu yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug. dan Dr. Michel Barsoum menegaskan bahwa Piramid yang paling besar di Giza, dibuat dari dua jenis batuan yang terdiri dari batu asli dan batu-batu yang dibuat secara manual hasil dari olahan tanah liat.
Artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram keatas pucak bangunan. Sebaliknya pada dasar Piramid, Firaun menggunakan batu asli atau alam.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu Piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Menurutnya lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.
Sebelumnya, seorang saintis Belgium, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari pembuatan batu besar di puncak-puncak Piramid. Guy Demortier berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan penyelidikan dan kajian, sekarang barulah saya yakin bahwa Piramid yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
Begitu juga dengan ilmuan Perancis yang melakukan penelitian terhadap Piramid Bosnia atau "Piramid Matahari", Profesor Perancis Joseph Davidovits telah melakukan eksperimen selama dua puluh tahun lamanya dan baru menemukan bahwa Piramid dibangun dari lumpur, terutama dibagian yang tinggi di mana sulit untuk menaikkan batu alam.
Akhirnya, misteri pembangunan Piramid pun terpecahkan dikalangan para ilmuan dan peneliti setelah bertahun-tahun lamanya melakukan riset yang mendalam.
Informasi Ilmiah Al-Qur'an
Sebuah fakta yang menakjubkan bahwa Al-Qur'an telah memberikan informasi mengenai hal ini. Jika dikaji lebih mendalam, ternyata Al-Qur'an telah menjelaskan perkara ini 1400 tahun silam sebelum kajian saintifik dijalankan. Perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash' 28:38)
Penelitian mengungkapkan bahwa bangunan tinggi masa lampau seperti Piramid dibangun dari tanah liat yang dipanaskan! Dan yang sangat menakjubkan adalah bahwa Al-Qur'an telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan apa yang dikerjakan Firaun saat itu. Al-Qur'an adalah kitab pertama yang menjelaskan rahasia bangunan Piramid, bukan para Ilmuwan Amerika ataupun Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat Piramid, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa hidupnya Nabi ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada masa itu yang mengetahui tentang rahasia Piramid. Sebelum ini, para saintis tidak tahu pasti bahwa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.
Subhanallah, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad, beratus tahun selepas berakhirnya Dinasti Firaun memberitahu melalui wahyu Allah bahwa Firaun membina monumen yang kini dikenali sebagai Piramid menggunakan tanah liat.
Kenyataan ini sangat jelas dan kuat untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad tidaklah berbicara mengikut hawa nafsunya melainkan petunjuk dari Allah Subhana Wa Ta'ala, Tuhan yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa. Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini telah menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa Piramid dibangun dari tanah liat dan panas. Harian Amerika Times edisi 1/12/06 menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun Piramid. Menurut kajian Amerika-Perancis tersebut, disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat Piramid adalah dari tanah liat yang dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sukar dibedakan dengan batu alam.
Para saintis mengatakan bahwa Firaun mahir dibidang ilmu kimia dalam memproses tanah liat sehingga menjadi batu normal. Teknik yang mereka gunakan sangat misteri dilihat dari spesifikasi batu yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug. dan Dr. Michel Barsoum menegaskan bahwa Piramid yang paling besar di Giza, dibuat dari dua jenis batuan yang terdiri dari batu asli dan batu-batu yang dibuat secara manual hasil dari olahan tanah liat.
Artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram keatas pucak bangunan. Sebaliknya pada dasar Piramid, Firaun menggunakan batu asli atau alam.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu Piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Menurutnya lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.
Sebelumnya, seorang saintis Belgium, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari pembuatan batu besar di puncak-puncak Piramid. Guy Demortier berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan penyelidikan dan kajian, sekarang barulah saya yakin bahwa Piramid yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
Begitu juga dengan ilmuan Perancis yang melakukan penelitian terhadap Piramid Bosnia atau "Piramid Matahari", Profesor Perancis Joseph Davidovits telah melakukan eksperimen selama dua puluh tahun lamanya dan baru menemukan bahwa Piramid dibangun dari lumpur, terutama dibagian yang tinggi di mana sulit untuk menaikkan batu alam.
Akhirnya, misteri pembangunan Piramid pun terpecahkan dikalangan para ilmuan dan peneliti setelah bertahun-tahun lamanya melakukan riset yang mendalam.
Informasi Ilmiah Al-Qur'an
Sebuah fakta yang menakjubkan bahwa Al-Qur'an telah memberikan informasi mengenai hal ini. Jika dikaji lebih mendalam, ternyata Al-Qur'an telah menjelaskan perkara ini 1400 tahun silam sebelum kajian saintifik dijalankan. Perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash' 28:38)
Penelitian mengungkapkan bahwa bangunan tinggi masa lampau seperti Piramid dibangun dari tanah liat yang dipanaskan! Dan yang sangat menakjubkan adalah bahwa Al-Qur'an telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan apa yang dikerjakan Firaun saat itu. Al-Qur'an adalah kitab pertama yang menjelaskan rahasia bangunan Piramid, bukan para Ilmuwan Amerika ataupun Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat Piramid, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa hidupnya Nabi ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada masa itu yang mengetahui tentang rahasia Piramid. Sebelum ini, para saintis tidak tahu pasti bahwa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.
Subhanallah, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad, beratus tahun selepas berakhirnya Dinasti Firaun memberitahu melalui wahyu Allah bahwa Firaun membina monumen yang kini dikenali sebagai Piramid menggunakan tanah liat.
Kenyataan ini sangat jelas dan kuat untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad tidaklah berbicara mengikut hawa nafsunya melainkan petunjuk dari Allah Subhana Wa Ta'ala, Tuhan yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa. Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini telah menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Mukjizat Al-Qur'an Terungkap: Kobaran Api di Dasar Laut
Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
"...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat..."
Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini
sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung
dengan firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).
Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
"...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun
tidak mampu memanaskan air laut dan samudera...."
Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah
bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun
tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang
berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di
dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan
seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas.
Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
"...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada
di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi..."
Kemudian terbukti pula dengan beragam
dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah
SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong
gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan
ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di
dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan
air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Misteri Haman di Dalam Al Qur’an dan Sejarah
Al Qur’an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas.Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir’aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur’an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur’an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al Qur’an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur’an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur’an, bersama dengan Fir’aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur’an, di mana Al Qur’an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir’aun.
Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al Qur’an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS.
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad. Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan
hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.
Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir’aun.
Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”.
Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur’an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir’aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur’an.
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Qur’an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir’aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur’an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual.
Secara menakjubkan, Al Qur’an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.
Misteri Lokasi Harta Karun Terungkap Lewat Ayat-Ayat Al Qur’an
Misteri Penemuan Letak atau Lokasi Harta Karun Terungkap Lewat Ayat-Ayat Al-Qur’an. Mahmoud Salit, demikianlah namanya, ilmuwan Mesir yang usianya diatas 50 tahun ini, menghabiskan lebih dari setengah hidupnya bekerja dalam studi dan penelitian berkaitan dengan indikasi lafal dan angka dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Dan setelah lebih dari 30 tahun melakukan penelitian yang berkesinambungan menegaskan kepada “Alarabiya.net” kemampuannya untuk mengidentifikasi seluruh kekayaan minyak, bahan mentah, arkeologi dan pertambangan di setiap lokasi di bawah permukaan bumi dan laut.
Ia menjelaskan melalui penelitian yang berlangsung selama 30 tahun telah mencapai banyak fakta-fakta Al-Qur’an yang menjelaskan tanpa keraguan adanya harta terpendam di kedalaman bumi .. terutama harta Karun, membayangkan kembali bagaimana ekonomi orang Arab jika harta-harta tersebut berhasil dieksplorasi, apalagi tidak ada larangan syarie dalam penggalian harta dan kekayaan bumi kecuali dalam kasus tertentu seperti kasus gunung emas yang ada di bawah Sungai Efrat.
Dan bagaimana cara menentukan lokasi-lokasi harta kekayaan tersebut Salit menekankan, bahwa hal ini dilakukan melalui sejumlah poros, termasuk melalui penyamaan dengan membagi ketinggian tempat tertinggi di bumi, yaitu Gunung Everest terhadap pengulangan terbanyak dari kata “bumi” dalam Al-Qur’an yaitu yang terkandung dalam Surah “Al-Baqarah”, dan hasilnya sebagai berikut: 8848 ÷ 24 kali, sehingga hasilnya adalah kedalaman tanah dari harta Karun = 7 derajat × 368 meter = 2576 meter merupakan kedalaman di mana terdapat semua harta Karun yang kunci-kuncinya hanya mampu diangkat oleh sejumlah pria yang kuat, yang dibenamkan Allah Ta’alaa ke dalam bumi, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an.
Penentuan lokasi harta Karun, dan lokasi yang tepat dari harta Karun menurut penelitian yang ditunjukkannya ada di wilayah barat Danau Karun di provinsi Fayoum Mesir, mengingat bahwa kedalaman air di danau tersebut lebih dari 20 meter. Dia meminta pihak yang berwenang untuk mempersiapkan alat “seismik” untuk kawasan tersebut untuk memverifikasi temuannya ..
Mengenai cerita tentang gunung emas yang ada di bawah dasar Sungai Efrat. Dia menekankan bahwa dia menggunakan cara yang sama untuk menentukan lokasinya seperti pada harta Karun, tetapi menolak untuk mengungkapkan lokasinya karena adanya larangan eksplisit dari baginda Rasulullah saw untuk menggalinya karena akan menimbulkan fitnah dan perselisihan, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi
hari kiamat sehingga Efrat dibalikkan menjadi gunung emas yang
diperebutkan manusia, dari setiap 100 orang yang terbunuh 99 orang, setiap orang dari
mereka berkata: mudah-mudahan aku yang selamat”.
Kekayaan tersembunyi di dunia Arab :
Dia menjelaskan bahwa penelitiannya meluas ke setiap tempat di bumi. Sampai sekarang bumi belum mengeluarkan seluruh kekayaannya yang bernilai ribuan miliar dolar dari emas, minyak dan harta terpendam, dia menunjukkan bahwa penelitiannya menentukan secara teliti lokasi-lokasi kekayaan di Mesir, termasuk 6 tambang uranium, 14 bahan radioaktif, 24 sumur minyak dan gas, 11 harta arkeologi, 5 tambang bijih besi,3 pertambangan garam, 17 tambang emas dan perak, dan harta kekayaan ini tersebar antara Sungai Nil dan dua laut yaitu Laut Merah dan Mediterania dan Gurun Timur.
Ada juga tambang emas terbesar di dunia di Kuwait pada kedalaman 3312 meter, serta tambang uranium terbesar di dunia yang ditemukan di Yaman, dan sumur minyak terbesar juga ada di Palestina yang terjajah, dan ada di Madinah dua tambang emas, dan di Mekah empat tambang emas, di samping 3 harta arkeologi di Mekah, dan 3 harta arkeologi lainnya di kota Madinah, dan ada 6 sumur minyak dan gas utara Yanbu, utara Laits, dan bagian utara Syaqiq. Semua lokasi kekayaan ini ditentukan secara teliti pada peta petunjuk.
Ketika ditanya apakah ia telah benar-benar memverifikasi penemuannya, dia menekankan pada 22/10/2002 ia mengajukan permohonan untuk wawancara dengan Menteri Kelistrikan Mesir untuk memberitahu mengenai keberadaan enam tambang uranium, sehingga mengalihkannya kepada direktur bahan nuklir pada saat itu untuk memberitahukan kepadanya tentang hal itu, dan disana dia menyerahkan sebuah peta yang menunjukkan lokasi tambang di utara Governorat Sohag, lalu menugaskan Dr Abul Huda Serafi Direktur Eksplorasi di Lembaga tersebut untuk memverifikasinya, setelah itu surat kabar melaporkan adanya penemuan tambang, tanpa merujuk pada perannya, jadi sekarang dia melanjutkan usahanya untuk mengungkap karya ilmiah. Menghimbau kepada Khadimul Haramain Dua Masjid Suci dan para pemimpin Arab dengan bantuannya untuk mendeteksi kekayaan ini yang akan menambah manfaat kepada negara mereka.
[ar/alarabiaya]voa-islam.com
Al-Qur’an dan Sciene Membuka Tabir Misteri Makhluk Alien (UFO)
SIAPAKAH MAKHLUK UFO (ALIEN) ?
Misteri
mengenai fenomena yang seringkali terjadi dengan kehadiran Piring
Terbang atau benda tak dikenal yang biasa disebut UFO ini sangat
menghebohkan manusia di banyak negara. Kehadiran mereka seringkali
merontokan pendapat manusia adalah satu-satunya makhluk yang cerdas di
muka bumi, begitupula sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah.
Al-Qur’an dan Sciene mencoba mengungkap tabir misteri berdasarkan kajian
dan peristiwa yang sudah terjadi.
Kesimpulan
sementara mengenai siapa pengendara piring terbang (UFO) atau sering
juga disebut alien dari berbagai sumber berdasarkan Al-Qur’an dan Sciene
yaitu ;
Yang kesatu,
ada banyak dugaan bahwa berdasarkan tafsir Al-Qur’an dahulu dibumi
pernah ada mahluk hidup lain sebelum Nabi Adam A.S. yang memiliki
peradaban sangat tinggi. Lihat kisah kejadian Nabi Adam A.S. diciptakan
yang diprotes para malaikat karena dianggap akan merusak seperti makhluk
sebelumnya.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Baqoroh
:30)
Pemahaman
“Khalifah” itu dipahami bukan “wakil” melainkan diartikan sebagai
“pengganti” dasarnya : Dia-lah yang menjadikan kamu
(pengganti-pengganti) khalifah-khalifah di muka bumi. (QS Fathir:39)
Kemudian
Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah
mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.(QS Yunus: 14)
Atau di dalam tafsir ibnu Katsir (hal 104)
“Yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun dan generasi demi generasi”.
Firman
Allah :“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim
dan keluarga`Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”
(QS Ali Imran:33)
Menurut Ilmu Pengetahuan :
a.
Di puncak Big Hill Pegunungan Cumberland di Jackson County Kentucky,
terletak lapisan batu pasir dari zaman karbon. Di tahun 1880-an batu itu
dilindas roda kereta yang lewat sehingga suatu ketika permukaan batunya
pecah. Ketika remukan akibat pecahan itu sudah tidak menutupi lagi,
sederetan jejak ditemukan di atas lapisan karbon berusia sekitar 300
Juta tahun (sebelum perkiraan waktu adanya Adam), Jejak-jejak yang
ditemukan adalah dua jejak manusia, ukuran baik, ibu jari terbuka lebar
dan mempunyai tanda yang amat jelas. Jejak ini diperiksa oleh PRof. JF Brown dari Berea College, Kentucky. (kutipan dari The American Antiquarian, 7:39, Januari 1885)
b.
Sepasang jejak kaki manusia (ada fotonya, sama dengan jejak kaki
manusia biasa bentuknya) pernah menghiasi lempengan batu kapur di tepi
barat Sungai Mississippi di St. Louis.
Di tahun 1816 atau 1817, lempengan
itu digali dari posisinya dan dipindahkan oleh Bp. George Rappe ke desa
Harmony (sekarangNew Harmony Indiana). Panjang jejak itu 10 inc dan
lebar 4 inc di jari kaki, terpisah 6 inc di tumit, dan 13 inc di jari
kakinya, menurut laporan Henry R. Schoolcraft, “jari-jari kaki amat
terbentang, dan telapak kakinya rata seperti yang akan terjadi pada
mereka yang terbiasa lama tidak mengenakan sepatu. Walaupun keadaannya
seperti itu, jejak tersebut mencolok amat alami, menunjukkan rincian
otot, dan membengkaknya tumit serta jari-jari kaki, dengan ketepatan dan
kebenaran alami, yang tidak dapat saya salin, dengan tepat, dalam
gambar ini…. (maaf gambar tidak bisa saya scan) Penelitian dari segala
segi akan menjamin kesimpulan bahwa jejak ini terbuat pada waktu batu
ini masih cukup lunak sehingga tekanan akan membentuk jejak tersebut dan
bahwa jejak kaki ini alami dan asli. Dalam skema geologi, batu kapur
ini mengeras sekitar 270 juta tahun yang lalu (jauh sebelum perkiraan adanya Adam). Batu dan jejak kaki dikatakan mengalami bukti keausan dan penuaan yang sama. (dikutip dari The American Journal of Science and Arts,1:5:223-31,1882)
c. Fosil jejak kaki yang mungkin tertua yang sudah tersingkap ditemukan di bulan Juni 1968 oleh William J. Meister seorang
kolektor fosil. Diperkirakan jejak kaki itu berumur sekitar 300-600
juta tahun yang lalu juga dengan bukti pendukung adanya seekor tribolet
yang ada jejak fosilnya di bawahnya (seolah tribolet itu terinjak jejak
kaki tsb). Tribolet adalah invertebrata laut berukuran kecil,
kerabat dari udang dan kepiting yang banyak dijumpai sekitar 320 juta
tahun yang lalu sebelum punah 280 juta tahun yang lalu. Hal yang sangat
aneh, adalah jejak kaki manusia itu mengenakan alas kaki sederhana…. Ditemukan
di Antelope Spring, 43 mil di barat Delta, Utah. (Ada gambarnya tapi
tidak saya scan)Tanggal 20 Juli 1968, seorang geologi dari Tucson
Arizona Dr. Clifford Burdick, meneliti jejak itu dan ditemukan jejak
menumpuk di atas alas kaki itu seperti jejak seorang anak-anak. (kutipan
Creation Research Society Quarterly, Desember 1968) dan masih banyak
bukti-bukti penemuan tentang jejak kaki yang berumur puluhan juta bahkan
ratusan juta tahun yang lalu.
Perkiraan adanya Adam menurut Doktor Adil
Thoha Yunus di dalam bukunya, Hayat Al-Anbiya Bayna Haqoiq at Tarikh wa
al Mukasyafat Al-Atsariyyah al-Jadidah) adalah sekitar 600 tahun sebelum masehi, ini didasarkan keterangan dari kitab Taurat yang tertua.
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah...
-
Bagian wajah yang satu ini yaitu hidung merupakan bagian penting bagi beberapa wanita. Ada yang menerima apa adanya bagimana bentuk hidung...
-
Sesungguhnya manusia dilahirkan dengan fitrah keinginan untuk beribadat, tetapi karena berbagai jalan penyimpangan tumbuhlah kepercaya...
-
Hati2 jika beli AL-QURAN cetakan terbaru, ada 4 surat palsu ciptaan kafir laknatullah. Surat itu : 1. AL-IMAN 2. AL-WASAYA 3.AL-TASAJUD...
-
Tips untuk wanita biar tidak mudah dilupakan pria, Sosok pria memanglah kadang-kadang tampak demikian, gampang untuk mencari pengganti ba...
-
Wajah para sekretaris anggota DPR RI yang cantik-cantik dan seksi itu boleh memerah karena skandal seks antara anggota dewan dengan para ...
-
Sebut namanya Prita, seorang ibu yang mengumpulkan uang seribu demi seribu dari hasil jualan voucher games, pulsa dan laundry. Sedikit dem...
-
Sejarah Terbentuknya Kabupaten Polewali Mandar Sebelum dinamai Polewali Mandar, daerah ini dulunya bernama Kabupaten Polewali M...
-
Menurut penelitian sejarah, kata ‘sunda’ ini sudah dipakai oleh pakar ilmu bumi Ptolemeus pada tahun 150 mengacu pada tiga pulau besar y...
-
Dalam dilm Naruto, Hashirama merupakan tokoh penting tak terlupakan, terutama untuk konoha, nah begitu pula dengan Indonesia, Bungkarno...
Kamis, 27 Februari 2014
Misteri Kematian Matahari Dalam Al-Quran
(www.lasdipo.com) – “Dan Matahari berjalan ke tempat Peristirahatannya. Itu adalah keputusan dari Yang Mahakuasa, Yang Maha Mengetahui,” (QS. Yaasin : 38).
Matahari telah memancarkan panas selama sekitar 5.000.000.000 tahun sebagai akibat dari reaksi kimia konstan berlangsung pada permukaannya. Pada saat yang ditentukan oleh Allah di masa depan, reaksi ini pada akhirnya akan berakhir, dan Matahari akan kehilangan semua energi dan akhirnya Mati. Dalam konteks itu, ayat di atas dapat dijadikan acuan bahwa pada suatu hari energi matahari akan segera berakhir. (Allah maha tahu akan kebenarannya).
Kata Arab “limustaqarrin” dalam ayat ini merujuk pada tempat tertentu atau waktu. Kata “tajri” diterjemahkan sebagai “berjalan,” juga bermakna seperti “untuk bergerak, untuk bertindak cepat, untuk bergerak, mengalir.” Tampaknya dari arti kata bahwa Matahari akan terus dalam perjalanannya dalam ruang dan waktu nya, tetapi pergerakan ini akan berlanjut sampai waktu tertentu yang telah ditetapkan. Ayat “Ketika matahari dipadatkan dalam kegelapan,” (QS. At-Takwir : 1) yang muncul dalam deskripsi Hari Kiamat, memberitahu kita bahwa seperti waktu itu akan datang. Waktu tersebut hanya diketahui oleh Allah.
Kata Arab “taqdiiru,” diterjemahkan sebagai “keputusan” dalam ayat tersebut, termasuk makna seperti “untuk menunjuk, untuk menentukan nasib sesuatu, untuk mengukur.” Dengan ungkapan dalam ayat 38 dari Surah Yaasin, kita diberitahu bahwa masa hidup Matahari terbatas pada jangka waktu tertentu, yang ditahbiskan oleh Allah.
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu,” (QS. Ar-Ra’d : 2).
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari,” (QS. Fatir : 13).
Penggunaan “musamma” kata dalam ayat di atas menunjukkan bahwa masa hidup Matahari akan berjalan untuk “jangka waktu tertentu.” analisis ilmiah tentang akhir Matahari menjelaskan sebagai mengkonsumsi 4 juta ton materi kedua dan mengatakan bahwa Matahari akan mati ketika bahan bakar yang dimiliki semua telah dikonsumsi oleh matahari.
Kesatuan Panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari adalah energi yang dilepaskan seketika Hal ini dikonsumsi sebagai inti hidrogen berubah menjadi helium dalam proses fusi nuklir. Energi Matahari, dan karena itulah daya hidupnya, sehingga akan berakhir setelah bahan bakar ini telah digunakan. (Allah maha mengetahui kebenaran.)
Laporan berjudul The Death Of The Sun oleh Departemen Ilmu BBC News mengatakan : … Matahari secara bertahap akan mati. Sebagai inti bintang ke dalam kehancuran, akhirnya akan menjadi cukup panas untuk memicu atom lain menyusunnya menjadi helium.
Sebuah documenter yang juga berjudul The Death Of The Sun disiarkan oleh National Geographic TV, memberikan penjelasan sebagai berikut:
Matahari menghasilkan panas dan menopang kehidupan di planet kita. Tapi seperti manusia, Matahari juga memiliki umur yang terbatas. Seiring dengan penuaan bintang tersebut, Matahari akan menjadi lebih panas dan menguapkan semua lautan kita dan membunuh semua kehidupan di planet Bumi…
Matahari terus menjadi lebih panas karena usia dan membakar bahan bakar lebih cepat. Suhu akan meningkat, akhirnya memusnahkan kehidupan hewan, penguapan laut dan membunuh semua kehidupan tanaman…
Matahari akan membengkak dan menjadi bintang raksasa merah, menelan planet-planet terdekat. Daya tarik gravitasinya akan berkurang dan memungkinkan Bumi tertarik kedalamnya. Pada akhirnya, ia akan menyusut menjadi bintang kecil putih, memancarkan cahaya selama seminggu untuk ratusan miliar tahun.
Para ilmuwan baru-baru ini menguraikan struktur Matahari dan menemukan apa yang terjadi di dalamnya. Sebelum artikel ini di turunkan, tak ada yang tahu bagaimana memperoleh energi matahari atau bagaimana Matahari menghasilkan panas dan cahaya.
Dan ternyata seluruh ilmu pengetahuan tentang misteri matahari telah tercatat di dalam Al-Qur’an. Masya Allah
“ … Pengetahuan Rabbku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” (QS. Al-An’am : 80).
[Shairafi|Lasdipo.com, Miracle Of Qur’an]
Tinjauan kritis terhadap Logika ZEM dalam “misteri Al-quran”
Tinjauan kritis terhadap Logika ZEM dalam “misteri Al-quran”
Tulisan
ini pada dasarnya bukan merupakan serangan terhadap keyakinan
teman-teman kompasiana yang beragama islam. namun hanya merupakan telaah
kritis yang terhadap logika ZEM dalam tulisannya "Misteri
Al-quran". jika kemudian ada simbol-simbol islam yang disingung dalam
tulisan ini, hal ini harus dilihat sebatas respon terhadap premis-premis
ZEM yang melibatkan simbol-simbol tersebut dan bukan serangan terhadap
simbol-simbol tersebut secara khusus.
keyakinan
memang tidak selamanya dapat ditelaah berdasarkan logika, namun ketika
ZEM pada paragraf penutup menyatakan bahwa tulisannya ilmiah, maka
tulisannya harus dapat diuji keilmiahannya. tulisan ini merupakan upaya
mengkaji tulisan ZEM dalam ranah ilmiah seperti yang dilebelkannya pada
tulisannya . Zul memberikan argumentasinya untuk menjelaskan bahwa
Al-quran telah memberikan kontribusi yang berharga terhadap perdaban
dunia modern, namun saya menemukan bahwa hampir semua prseoposisi yang
dibangun oleh ZEM hancur secara logis. Secara umum ada 4 kesesatan berpikir yang Zul lakukan Dalam tulisannya ini.
1.Pos Hoc Ergo Propter Hoc
Kesesatan berpikir ini adalah menarik kesimpulanbahwa
sebuah peristiwa dijadikan sebab bagi peristiwa berikutnya, hanya
karena peristiwa yang pertama secara kebetulan mendahului peristiwa
yang terakhir. ZEM menulisakan bahwa karena islam sudah ada di
Binzantium dan kemudian ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di
Binzantium maka kesimpulannya islam telah menyebabkan
perkembangan sains dan teknologi di binzantium. Logika ini sama dengan
mengatakan bahwa karena ayam berkokok dan kemudian matahari terbit maka
kokokan ayam yangtelah membuat matahari terbit. Ayolah … Zul, don’t be selly
2.Amphiboly
Amphiboly
merupakan kesesatan berpikir dimana pengajuan premis-premis memiliki
konstruksi gramatikal yang ambigu. Sebuah pernyataan dikatakan Ambhiboly jika tidak memiliki batasan makna yang jelas.ZEM
menulis tentang keajaiban angka 7 dalam Alquran, dan kemudian ZEM
memotong beberapa ayat Quran dan mencocokan dengan kenyataan di luar
quran (sains misalanya) untuk menunjukkan bahwa quran cocok dengan
sains. namun apakah benar bahwa setiap penyebutan angka 7 selalu
memiliki makna inplisit? dan sejauh mana penyebutan suatau angka selalu memiliki
makna insplisit ? dan bagaimanakah dengan angka-angka lain yang
disebutkan dalam quran, apakah juga memiliki makna implicit ?
pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab karena tidak ada batasan yang
jelas dalam menentukan suatu makna dibalik symbol. Sehingga kita tidak
dapat memastikan apakah angka 7 dalam al-quran benar-benar bermakna
misterius ataukah hanyalah akal-akalan ZEM untuk mempengaruhipresepsi pembaca tentang kemesteriusan angka 7.
3.Argumentum ad ignorantiam
Kesesatan
ini bertolak dari suatu keyikinan yang tidak mudah ditolak dan tidak
dmudah diterima kebenarannya. ZEM menuliskan bahwa Alquran benar karena menurut Al-quran, Allahlah yang mewahyukan Al-quran maka Al-quran benar. Ini adalah argumentasi sirkular yang
tidak memiliki otoritas ultimat sebagai kristeria dasar untuk
memverifikasi sebuah hipotesis. Hal ini sama saja dengan berkata: kata
ibunya andi, andi pasti tidak mencuri karena andi berkata ia tidak
mencuri, jadi kesimpulannya andi tidak mencuri. ini konyol anda tidak
dapat melandaskan suatu preposisi hanya berdasarkan keyakinan seseorang,
kemudian menjadikan keyakinan itu sebagai landasan argumentasi anda.
4.Argumentum adVerecudiam
Kesesatan
ini berarti bahwa mengangap bahwa semua pandangan dari para ahli tentag
apa saja sudah pasti benar. ZEM menuliskan bahwa para sastrawan arab,
R.V.C. Bodley, R. Boswort Smith, Michel Hart sangat menghormati Muhammad atau Alquran.Maka kesimpulannya Muhammad pasti seorangNabi dan Alquran pasti wahyu Allah. saya tidak menolak bahwa gagasan seorang pakar memiliki
bobot ilmiah dan dapat memberikan bukti-bukti ilmiah, selama masih
relevan dengan keilmuawannya. Tapi tokoh-tokoh yang dipaparkan si Zul
tidak punya bidang keilmuan apapun khusunya dalam topic yang sedang
dibahas. R.V.C. Bodley adalah mantan seorang tentara yang
kemudian menjadi jurnalis, R. Boswort Smith seorang kepala sekolah,
Michael H. Hart adalah seorang saintis yang melompat keluar dari bidang
keahliannya dan menulis 100 orang berpengaruh, yang seharusnya pekerjaan
ahli sosial-budaya, atau antropolog. Artinya kutipan-kutipan dari para
tokoh ini, tidak memiliki bobot ilmiah khususnya tentang topic yang
dibahas. Dengan kata lain penytaan para tokoh tersebut yang kemudian
digunakan sebagai dasar verifikasi kebenearan invalid. Karena
pernyataan-pernyataan trsebut diluar keilmuan mereka.
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
———————————-
Berinteraksi dengan Jin
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Jin memang diakui keberadaannya dalam
syariat. Sayangnya, banyak masyarakat yang menyikapinya dengan dibumbui
klenik mistis. Bahkan belakangan, tema jin dan alam ghaib menjadi salah
satu komoditi yang menyesaki tayangan berbagai media.
Fenomena alam jin akhir-akhir ini menjadi
topik yang ramai diperbincangkan dan hangat di bursa obrolan. Menggugah
keinginan banyak orang untuk mengetahui lebih jauh dan menyingkap tabir
rahasianya, terlebih ketika mereka banyak disuguhi tayangan-tayangan
televisi yang sok berbau alam ghaib. Lebih parah lagi, pembahasan
seputar itu tak lepas dari pemahaman mistik yang menyesatkan dan
membahayakan aqidah. Padahal alam ghaib, jin, dan sebagainya merupakan
perkara yang harus diimani keberadaannya dengan benar.
Membahas topik seputar jin sendiri
sejatinya sangatlah panjang. Sampai-sampai guru kami Asy-Syaikh Muqbil
bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Bila ada seseorang yang menulisnya,
tentu akan keluar menjadi sebuah buku seperti Bulughul Maram atau
Riyadhus Shalihin, dilihat dari sisi klasifikasinya, yang muslim dan
yang kafir, penguasaan jin dan setan, serta godaan-godaannya terhadap
Bani Adam.”
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Keagamaan Kaum Jin
Jin tak jauh berbeda dengan Bani Adam. Di
antara mereka ada yang shalih dan ada pula yang rusak lagi jahat.
Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menghikayatkan mereka:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak
demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (Al-Jin:
11)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran.” (Al-Jin: 14)
Di antara mereka ada yang kafir, jahat
dan perusak, ada yang bodoh, ada yang sunni, ada golongan Syi’ah, serta
ada juga golongan sufi.
Diriwayatkan dari Al-A’masy, beliau
berkata: “Jin pernah datang menemuiku, lalu kutanya: ‘Makanan apa yang
kalian sukai?’ Dia menjawab: ‘Nasi.’ Maka kubawakan nasi untuknya, dan
aku melihat sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat siapa-siapa.
Kemudian aku bertanya: ‘Adakah di tengah-tengah kalian para pengikut
hawa nafsu seperti yang ada di tengah-tengah kami?’ Dia menjawab: ‘Ya.’
‘Bagaimana keadaan golongan Rafidhah yang
ada di tengah kalian?” tanyaku. Dia menjawab: ‘Merekalah yang paling
jelek di antara kami’.”
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Aku
perlihatkan sanad riwayat ini pada guru kami, Al-Hafizh Abul Hajjaj
Al-Mizzi, dan beliau mengatakan: ‘Sanad riwayat ini shahih sampai
Al-A’masy’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 4/451)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Mendakwahi Jin
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat
agung. Dakwah merupakan bagian dari kewajiban yang paling penting yang
diemban kaum muslimin secara umum dan para ulama secara lebih khusus.
Dakwah merupakan jalan para rasul, di mana mereka merupakan teladan
dalam persoalan yang besar ini.
Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
mewajibkan para ulama untuk menerangkan kebenaran dengan dalilnya dan
menyeru manusia kepadanya. Sehingga keterangan itu dapat mengeluarkan
mereka dari gelapnya kebodohan, dan mendorong mereka untuk melaksanakan
urusan dunia dan agama sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Dakwah yang diemban Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah dakwah yang universal, tidak terbatas kepada
kaum tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum jin pun menjadi
bagian dari sasaran dakwahnya.
Al-Qur`an telah mengabarkan kepada kita
bahwa sekelompok kaum jin mendengarkan Al-Qur`an, sebagaimana tertera
dalam surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita
Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberitahukan yang demikian itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Telah
diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan
Al-Qur`an, lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan
Al-Qur`an yang menakjubkan’,” dan seterusnya. (Lihat Al-Qur`an surat
Al-Jin: 1)
Tujuan dari itu semua adalah agar manusia
mengetahui ihwal kaum jin, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus kepada segenap manusia dan jin. Di dalamnya terdapat petunjuk
bagi manusia dan jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni beriman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan hari akhir. Juga taat
kepada Rasul-Nya dan larangan dari melakukan kesyirikan dengan jin.
Jika jin itu sebagai makhluk hidup,
berakal dan dibebani perintah dan larangan, maka mereka akan mendapatkan
pahala dan siksa. Bahkan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
diutus kepada mereka, maka wajib atas seorang muslim untuk memberlakukan
di tengah-tengah mereka seperti apa yang berlaku di tengah-tengah
manusia berupa amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah seperti yang telah
disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Juga seperti yang
telah diserukan dan dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas
mereka. Bila mereka menyakiti, maka hadapilah serangannya seperti saat
membendung serangan manusia. (Idhahu Ad-Dilalah fi ‘Umumi Ar-Risalah,
hal. 13 dan 16)
Mendakwahi kaum jin tidaklah mengharuskan
seseorang untuk terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan mereka,
serta bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah
diperintahkan. Sebab, lewat majelis-majelis ta’lim dan kegiatan dakwah
lainnya yang dilakukan di tengah-tengah manusia berarti juga telah
mendakwahi mereka.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ. وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ
“Ya Rabbku, aku berlindung kepada Engkau
dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya
Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu`minun: 97-98) [lihat
Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin]
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Adakah Rasul dari Kalangan Jin?
Para ulama berselisih pendapat tentang
masalah ini, apakah dari kalangan jin ada rasul, ataukah rasul itu hanya
dari kalangan manusia? Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ
“Wahai golongan jin dan manusia, apakah
belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu
terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” Mereka berkata: ‘Kami menjadi
saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan
mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah
orang-orang yang kafir.” (Al-An’am: 130)
Sebagian
ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan bahwa ada rasul dari
kalangan jin. Juga berdalilkan dengan sebuah atsar (riwayat) dari
Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Beliau mengatakan bahwa ada rasul dari
kalangan jin. Yang berpendapat seperti ini di antaranya adalah Muqatil
dan Abu Sulaiman, namun keduanya tidak menyebutkan sandaran (dalil)-nya.
(Zadul Masir, 3/125) Yang benar, wal ’ilmu ’indallah, tidak ada rasul
dari kalangan jin. Dan pendapat inilah yang para salaf dan khalaf berada
di atasnya. Adapun atsar yang datang dari Adh-Dhahhak, telah
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (12/121). Namun di dalam
sanadnya ada syaikh (guru) Ibnu Jarir yang bernama Ibnu Humaid yakni
Muhammad bin Humaid Abu Abdillah Ar-Razi. Para ulama banyak
membicarakannya, seperti Al-Imam Al-Bukhari telah berkata tentangnya:
“Fihi nazhar (perlu ditinjau kembali, red.).” Al-Imam Adz-Dzahabi
rahimahullahu berkata: “Dia, bersamaan dengan kedudukannya sebagai imam,
adalah mungkarul hadits, pemilik riwayat yang aneh-aneh.” (Siyarul
A’lam An-Nubala`, 11 / 530). Lebih lengkapnya silahkan pembaca merujuk
kitab-kitab al-jarhu wa ta’dil.
Ibnu
Katsir rahimahullahu berkata: “Tidak ada rasul dari kalangan jin
seperti yang telah dinyatakan Mujahid dan Ibnu Juraij serta yang lainnya
dari para ulama salaf dan khalaf. Adapun berdalil dengan ayat –yakni
Al-An’am: 130–, maka perlu diteliti ulang karena masih terdapatnya
kemungkinan, bukan merupakan sesuatu yang sharih (jelas pendalilannya).
Sehingga kalimat ‘dari golongan kamu sendiri’ maknanya adalah ‘dari
salah satu golongan kamu’.” (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 2/188)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Menikah dengan Jin
Menikah adalah satu-satunya cara terbaik
untuk mendapatkan keturunan. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
mensyariatkannya untuk segenap hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَأَنْكِحُوا اْلأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari
hamba-hamba sahayamu yang perempuan.”(An-Nuur: 32)
Kaum jin memiliki keturunan dan anak
keturunannya beranak-pinak, sebagaimana manusia berketurunan dan anak
keturunannya beranak-pinak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ
“Patutkah kalian mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah
musuh kalian?” (Al-Kahfi: 50)
Kalangan kaum jin itu ada yang berjenis
laki-laki dan ada juga perempuan, sehingga untuk mendapatkan keturunan
merekapun saling menikah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ
“Tidak pernah disentuh oleh manusia
sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan
tidak pula oleh jin.” (Ar-Rahman: 56)
Artha’ah Ibnul Mundzir rahimahullahu
berkata: “Dhamrah ibnu Habib pernah ditanya: ‘Apakah jin akan masuk
surga?’ Beliau menjawab: ‘Ya, dan mereka pun menikah. Untuk jin yang
laki-laki akan mendapatkan jin yang perempuan, dan untuk manusia yang
jenis laki-laki akan mendapatkan yang jenis perempuan’.” (Diriwayatkan
oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 4/288)
Termasuk kasih sayang Allah Subhanahu wa
Ta’ala terhadap Bani Adam, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan untuk
mereka suami-suami atau istri-istri dari jenis mereka sendiri. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Rum: 21)
Perkara ini, yakni pernikahan antara
manusia dengan manusia adalah hal yang wajar, lumrah dan sesuai tabiat,
karena adanya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah mereka.
Persoalannya, mungkinkah terjadi pernikahan antara manusia dengan jin,
atau sebaliknya jin dengan manusia?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu berkata: “Pernikahan antara manusia dengan jin memang ada
dan dapat menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer.
Para ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para ulama tidak
menyukai pernikahan dengan jin.” (Idhahu Ad-Dilalah hal. 16) 1
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu
mengatakan: “Para ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini
sebagaimana dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun
menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim menikahi
jin wanita yang muslimah. Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-nya…” (Ar-Rum: 21),
maka –maknanya– ini adalah anugrah yang
terbesar di mana manusia yang jenis laki-laki menikah dengan manusia
yang jenis perempuan, dan jin laki-laki dengan jin perempuan.
Tetapi jika seorang laki-laki dari
kalangan manusia menikah dengan seorang perempuan dari kalangan jin,
maka kita tidak memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya.
Demikian juga sebaliknya. Hanya saja Al-Imam Malik rahimahullahu tidak
menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu dia
ditanya: “Siapa suamimu?” Dia menjawab: “Suamiku dari jenis jin.”
Saya (Asy-Syaikh Muqbil) katakan:
“Memungkinkan sekali fenomena yang seperti ini membuka peluang
terjadinya perzinaan dan kenistaan.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal
Jin)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Meminta Bantuan Jin
Sangat rasional dan amatlah sesuai dengan
fitrah bila yang lemah meminta bantuan kepada yang kuat, dan yang
kekurangan meminta bantuan kepada yang serba kecukupan.
Manusia lebih mulia dan lebih tinggi
kedudukannya daripada jin. Sehingga sangatlah jelek dan tercela bila
manusia meminta bantuan kepada jin. Selain itu, bila ternyata yang
dimintai bantuannya adalah setan, maka secara perlahan, setan itu akan
menyuruh kepada kemaksiatan dan penyelisihan terhadap agama Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin. Maka jin-jin itu menambah ketakutan bagi
mereka.” (Al-Jin: 6)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata:
“Ada sekelompok orang dari kalangan manusia yang menyembah beberapa dari
kalangan jin, lalu para jin itu masuk Islam. Sementara sekelompok
manusia yang menyembahnya itu tidak mengetahui keislamannya, mereka
tetap menyembahnya sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela mereka.”
(Diambil dari Qa’idah ’Azhimah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 24)
Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib
dan tidak punya kekuatan untuk memberikan kemudharatan tidak pula
mendatangkan kemanfaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan
kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kematiannya itu kepada
mereka kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah
tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau mereka mengetahui yang ghaib
tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)
Jin tidak memiliki kemampuan untuk
menolak mudharat atau memindahkannya. Jin tidak bisa mentransfer
penyakit dari tubuh manusia ke dalam tubuh binatang. Demikian pula
manusia, tidak punya kemampuan untuk itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِاْلآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ. قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَ يَمْلِكُوْنَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي اْلأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيْهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيْرٍ
“Dan tidak adalah kekuasaan Iblis
terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa
yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu
tentang itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu. Katakanlah:
‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai sesembahan) selain Allah,
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di
bumi. Dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan)
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya’.” (Saba`: 21-22)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Gangguan Jin
Secara umum, gangguan jin merupakan
sesuatu yang tidak diragukan lagi keberadaannya, baik menurut
pemberitaan Al-Qur`an, As-Sunnah, maupun ijma’. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu
gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِي فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِي اللهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَم: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي. فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِيًا
“Sesungguhnya setan menampakkan diri di
hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan
kepadaku untuk menghadapinya. Maka aku pun membiarkannya. Sebenarnya aku
ingin mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi
aku teringat perkataan saudaraku Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun
sesudahku’. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.” (HR. Al-Bukhari
no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sedang mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau
memegangnya dan mencekiknya. Beliau bersabda:
حَتَّى إِنِّي لأَجِدُ بَرْدَ لِسَانِهِ فِي يَدَيَّ
“Hingga tanganku dapat merasakan lidahnya
yang dingin yang menjulur di antara dua jariku: ibu jari dan yang
setelahnya.” (HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu
‘anhu)
Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلاَتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا. قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي
“Wahai Rasulullah, setan telah menjadi
penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku.” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah setan yang bernama
Khanzab. Jika engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah
darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali.” Aku pun melakukannya dan
Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul
’Ala`)
Gangguan jin juga bisa berupa masuknya
jin ke dalam tubuh manusia yang diistilahkan orang sekarang dengan
kesurupan atau kerasukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu berkata: “Keberadaan jin merupakan perkara yang benar
menurut Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan salaful ummah
dan para imamnya. Demikian pula masuknya jin ke dalam tubuh manusia
adalah perkara yang benar dengan kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal
Jamaah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)
Dan dalam hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam diri anak Adam melalui aliran darah.”
Tidak ada imam kaum muslimin yang
mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Siapa yang
mengingkarinya dan menyatakan bahwa syariat telah mendustakannya,
berarti dia telah mendustakan syariat itu sendiri. Tidak ada dalil-dalil
syar’i yang menolaknya.” (Majmu’ul Fatawa, 24/276-277, diambil dari
tulisan Asy-Syaikh Ibnu Baz, Idhahul Haq)
Ibnul Qayyim juga telah panjang lebar menerangkan masalah ini. (Lihat Zadul Ma’ad, 4/66-69)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Golongan yang Mengingkari Masuknya Jin ke dalam Tubuh Manusia (Kesurupan)
a. Kaum orientalis, musuh-musuh Islam yang tidak percaya kecuali kepada hal-hal yang bisa diraba panca indra.
b. Para ahli filsafat dan antek-anteknya,
mereka mengingkari keberadaan jin. Maka secara otomatis merekapun
mengingkari merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.
c. Kaum Mu’tazilah, mereka mengakui adanya jin tetapi menolak masuknya jin ke dalam tubuh manusia.
d. Prof. Dr. ‘Ali Ath-Thanthawi, guru
besar Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia mengingkari dan mendustakan
terjadinya kesurupan karena jin dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu
yang direkayasa (lihat artikel Idhahul Haq fi Dukhulil Jinni Fil Insi,
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu)
e. Dr. Muhammad Irfan. Dalam surat kabar
An-Nadwah tanggal 14/10/1407 H, menyatakan bahwa: “Masuknya jin ke dalam
tubuh manusia dan bicaranya jin lewat lisan manusia adalah pemahaman
ilmiah yang salah 100%.” (Idhahul Haq)
f. Persatuan Islam (PERSIS). Dalam Harian
Pikiran Rakyat tanggal 5 September 2005, mengeluarkan beberapa
pernyataan yang diwakili Dewan Hisbahnya, sebagai berikut: “Poin 7
…Tidak ada kesurupan jin, keyakinan dan pengobatan kesurupan jin adalah
dusta dan syirik.”
Semua pengingkaran atas kemampuan
masuknya jin ke dalam tubuh manusia adalah batil. Hanya terlahir dari
sedikitnya ilmu akan perkara-perkara yang syar’i dan terhadap apa yang
ditetapkan ahlul ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Abdullah
bin Ahmad bin Hambal berkata: “Aku pernah berkata pada ayahku:
‘Sesungguhnya ada sekumpulan kaum yang berkata bahwa jin tidak dapat
masuk ke tubuh manusia yang kerasukan.’ Maka ayahku berkata: ‘Wahai
anakku, tidak benar. Mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara
lewat lidahnya’.” (Idhahu Ad-Dilalah, atau lihat Majmu’ul Fatawa, 19/10)
Berikut ini pernyataan para mufassir (ahli tafsir) berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)
Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari
rahimahullahu mengatakan: “Yakniq bahwa orang-orang yang menjalankan
praktek riba ketika di dunia, maka pada hari kiamat nanti akan bangkit
dari dalam kuburnya seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan yang
dirusak akalnya di dunia. Orang itu seakan kerasukan setan sehingga
menjadi seperti orang gila.” (Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur`an, 3/96)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu
menegaskan: “Ayat ini adalahq argumen yang mementahkan pendapat orang
yang mengingkari adanya kesurupan jin dan menganggap yang terjadi
hanyalah faktor proses alamiah dalam tubuh manusia serta bahwa setan
sama sekali tidak dapat merasuki manusia.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an,
3/355)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu
berkata: “Yakni mereka tidak akanq bangkit dari kuburnya pada hari
kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan saat
setan itu merasukinya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/359)
——————————————RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————
Penyebab Kesurupan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu menjelaskan bahwa masuknya jin pada tubuh manusia bisa
jadi karena dorongan syahwat, hawa nafsu dan rasa cinta kepada manusia,
sebagaimana yang terjadi antara manusia satu sama lainnya. Terkadang
-atau bahkan mayoritasnya- juga karena dendam dan kemarahan atas apa
yang dilakukan sebagian manusia seperti buang air kecil, menuangkan air
panas yang mengenai sebagian mereka, serta membunuh sebagian mereka
meskipun manusia tidak mengetahuinya.
Kalangan jin juga banyak melakukan
kedzaliman dan banyak pula yang bodoh, sehingga mereka melakukan
pembalasan di luar batas. Masuknya jin ke tubuh manusia terkadang
disebabkan keisengan sebagian mereka dan tindakan jahat yang
dilakukannya. (Idhahu Ad-Dilalah Fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 16)
Bagaimana kita menghindari gangguan-gangguan itu?
Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan:
“Adapun orang yang melawan permusuhan jin dengan cara yang adil
sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi
jin. Bahkan ia taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menolong orang yang
terdzalimi, membantu orang yang kesusahan, dan menghilangkan musibah
dari orang yang tertimpanya, dengan cara yang syar’i dan tidak
mengandung syirik serta tidak mengandung kedzaliman terhadap makhluk.
Yang seperti ini, jin tidak akan mengganggunya, mungkin karena jin tahu
bahwa dia orang yang adil atau karena jin tidak mampu mengganggunya.
Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia tetap
mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini, semestinya ia
melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, Al-Falaq, An-Nas (atau bacaan
lain yang semakna, ed), shalat, berdoa, dan semacam itu yang bisa
menguatkan iman dan menjauhkan dari dosa-dosa…” (Idhahu Ad-Dilalah, hal.
138)
Pembaca, demikian yang dapat kami paparkan di sini, mudah-mudahan dapat mewakili apa yang belum lengkap penjelasannya.
Wal’ilmu ’indallah.
1 Di antara ulama yang berpendapat
terlarangnya hal itu adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
rahimahullahu. Beliau mengatakan: “Saya tidak mengetahui dalam
Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adanya
dalil yang menunjukkan bolehnya pernikahan antara manusia dan jin.
Bahkan yang bisa dijadikan pendukung dari dzahir ayat adalah tidak
bolehnya hal itu.” (Adhwa`ul Bayan, 3/321)
Badruddin Asy-Syibli dalam bukunya Akamul
Mirjan mengemukakan bahwa sekelompok tabi’in membenci pernikahan jin
dengan manusia. Di antara mereka adalah Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri,
Hajjaj bin Arthah, demikian pula sejumlah ulama Hanafiyah.
Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel inidengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com
Misteri Pembangunan Piramida Mesir dalam Alquran
Semua orang sudah pasti mengetahui apa
itu Piramid, bangunan ribuan tahun yang lalu dengan konstruksi unik dan
banyak terdapat di Mesir yang sejatinya adalah makam para penguasa dan
raja dikala itu. Namun banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana
sebuah Piramid dibangun. Firaun dalam membangun Piramid menggunakan
sejumlah besar batu sampai dengan dua juta batu, banyak yang berpendapat
bahwa orang Mesir kuno memiliki kemampuan mengangkat jutaan batu yang
beratnya sekitar lima atau enam ribu kilogram.
Sudah
sekian lama para saintis kebingungan tentang bagaimana sebuah Piramid
yang merupakan salah satu bangunan ajaib di dunia ini terbentuk.
Terdapat berbagai teori yang dikemukakan untuk mengetahui teknologi yang
digunakan dalam pembangunan Piramid ini kerana teknologi untuk
mengangkat batu-batuan besar yang beratnya mencapai ribuan kilogram ke
puncak bangunan belum memungkinkan di zamannya. Apakah rahasia dibalik
pembangunan Piramid tersebut?
Penelitian terbaru mengatakan bahwa Piramid dibangun dari tanah liat dan panas. Harian Amerika Times edisi 1/12/06 menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun Piramid. Menurut kajian Amerika-Perancis tersebut, disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat Piramid adalah dari tanah liat yang dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sukar dibedakan dengan batu alam.
Para saintis mengatakan bahwa Firaun mahir dibidang ilmu kimia dalam memproses tanah liat sehingga menjadi batu normal. Teknik yang mereka gunakan sangat misteri dilihat dari spesifikasi batu yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug. dan Dr. Michel Barsoum menegaskan bahwa Piramid yang paling besar di Giza, dibuat dari dua jenis batuan yang terdiri dari batu asli dan batu-batu yang dibuat secara manual hasil dari olahan tanah liat.
Artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram keatas pucak bangunan. Sebaliknya pada dasar Piramid, Firaun menggunakan batu asli atau alam.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu Piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Menurutnya lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.
Sebelumnya, seorang saintis Belgium, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari pembuatan batu besar di puncak-puncak Piramid. Guy Demortier berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan penyelidikan dan kajian, sekarang barulah saya yakin bahwa Piramid yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
Begitu juga dengan ilmuan Perancis yang melakukan penelitian terhadap Piramid Bosnia atau "Piramid Matahari", Profesor Perancis Joseph Davidovits telah melakukan eksperimen selama dua puluh tahun lamanya dan baru menemukan bahwa Piramid dibangun dari lumpur, terutama dibagian yang tinggi di mana sulit untuk menaikkan batu alam.
Akhirnya, misteri pembangunan Piramid pun terpecahkan dikalangan para ilmuan dan peneliti setelah bertahun-tahun lamanya melakukan riset yang mendalam.
Informasi Ilmiah Al-Qur'an
Sebuah fakta yang menakjubkan bahwa Al-Qur'an telah memberikan informasi mengenai hal ini. Jika dikaji lebih mendalam, ternyata Al-Qur'an telah menjelaskan perkara ini 1400 tahun silam sebelum kajian saintifik dijalankan. Perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash' 28:38)
Penelitian mengungkapkan bahwa bangunan tinggi masa lampau seperti Piramid dibangun dari tanah liat yang dipanaskan! Dan yang sangat menakjubkan adalah bahwa Al-Qur'an telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan apa yang dikerjakan Firaun saat itu. Al-Qur'an adalah kitab pertama yang menjelaskan rahasia bangunan Piramid, bukan para Ilmuwan Amerika ataupun Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat Piramid, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa hidupnya Nabi ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada masa itu yang mengetahui tentang rahasia Piramid. Sebelum ini, para saintis tidak tahu pasti bahwa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.
Subhanallah, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad, beratus tahun selepas berakhirnya Dinasti Firaun memberitahu melalui wahyu Allah bahwa Firaun membina monumen yang kini dikenali sebagai Piramid menggunakan tanah liat.
Kenyataan ini sangat jelas dan kuat untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad tidaklah berbicara mengikut hawa nafsunya melainkan petunjuk dari Allah Subhana Wa Ta'ala, Tuhan yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa. Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini telah menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa Piramid dibangun dari tanah liat dan panas. Harian Amerika Times edisi 1/12/06 menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun Piramid. Menurut kajian Amerika-Perancis tersebut, disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat Piramid adalah dari tanah liat yang dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sukar dibedakan dengan batu alam.
Para saintis mengatakan bahwa Firaun mahir dibidang ilmu kimia dalam memproses tanah liat sehingga menjadi batu normal. Teknik yang mereka gunakan sangat misteri dilihat dari spesifikasi batu yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug. dan Dr. Michel Barsoum menegaskan bahwa Piramid yang paling besar di Giza, dibuat dari dua jenis batuan yang terdiri dari batu asli dan batu-batu yang dibuat secara manual hasil dari olahan tanah liat.
Artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram keatas pucak bangunan. Sebaliknya pada dasar Piramid, Firaun menggunakan batu asli atau alam.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu Piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Menurutnya lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.
Sebelumnya, seorang saintis Belgium, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari pembuatan batu besar di puncak-puncak Piramid. Guy Demortier berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan penyelidikan dan kajian, sekarang barulah saya yakin bahwa Piramid yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.”
Begitu juga dengan ilmuan Perancis yang melakukan penelitian terhadap Piramid Bosnia atau "Piramid Matahari", Profesor Perancis Joseph Davidovits telah melakukan eksperimen selama dua puluh tahun lamanya dan baru menemukan bahwa Piramid dibangun dari lumpur, terutama dibagian yang tinggi di mana sulit untuk menaikkan batu alam.
Akhirnya, misteri pembangunan Piramid pun terpecahkan dikalangan para ilmuan dan peneliti setelah bertahun-tahun lamanya melakukan riset yang mendalam.
Informasi Ilmiah Al-Qur'an
Sebuah fakta yang menakjubkan bahwa Al-Qur'an telah memberikan informasi mengenai hal ini. Jika dikaji lebih mendalam, ternyata Al-Qur'an telah menjelaskan perkara ini 1400 tahun silam sebelum kajian saintifik dijalankan. Perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash' 28:38)
Penelitian mengungkapkan bahwa bangunan tinggi masa lampau seperti Piramid dibangun dari tanah liat yang dipanaskan! Dan yang sangat menakjubkan adalah bahwa Al-Qur'an telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan apa yang dikerjakan Firaun saat itu. Al-Qur'an adalah kitab pertama yang menjelaskan rahasia bangunan Piramid, bukan para Ilmuwan Amerika ataupun Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat Piramid, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa hidupnya Nabi ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada masa itu yang mengetahui tentang rahasia Piramid. Sebelum ini, para saintis tidak tahu pasti bahwa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.
Subhanallah, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad, beratus tahun selepas berakhirnya Dinasti Firaun memberitahu melalui wahyu Allah bahwa Firaun membina monumen yang kini dikenali sebagai Piramid menggunakan tanah liat.
Kenyataan ini sangat jelas dan kuat untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad tidaklah berbicara mengikut hawa nafsunya melainkan petunjuk dari Allah Subhana Wa Ta'ala, Tuhan yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa. Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini telah menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Mukjizat Al-Qur'an Terungkap: Kobaran Api di Dasar Laut
Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
"...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat..."
Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini
sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung
dengan firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).
Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
"...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun
tidak mampu memanaskan air laut dan samudera...."
Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah
bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun
tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang
berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di
dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan
seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas.
Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
"...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada
di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi..."
Kemudian terbukti pula dengan beragam
dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah
SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong
gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan
ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di
dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan
air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Misteri Haman di Dalam Al Qur’an dan Sejarah
Al Qur’an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas.Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir’aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur’an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur’an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al Qur’an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur’an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur’an, bersama dengan Fir’aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur’an, di mana Al Qur’an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir’aun.
Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al Qur’an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS.
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad. Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan
hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.
Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir’aun.
Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”.
Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur’an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir’aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur’an.
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Qur’an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir’aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur’an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual.
Secara menakjubkan, Al Qur’an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.
Misteri Lokasi Harta Karun Terungkap Lewat Ayat-Ayat Al Qur’an
Misteri Penemuan Letak atau Lokasi Harta Karun Terungkap Lewat Ayat-Ayat Al-Qur’an. Mahmoud Salit, demikianlah namanya, ilmuwan Mesir yang usianya diatas 50 tahun ini, menghabiskan lebih dari setengah hidupnya bekerja dalam studi dan penelitian berkaitan dengan indikasi lafal dan angka dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Dan setelah lebih dari 30 tahun melakukan penelitian yang berkesinambungan menegaskan kepada “Alarabiya.net” kemampuannya untuk mengidentifikasi seluruh kekayaan minyak, bahan mentah, arkeologi dan pertambangan di setiap lokasi di bawah permukaan bumi dan laut.
Ia menjelaskan melalui penelitian yang berlangsung selama 30 tahun telah mencapai banyak fakta-fakta Al-Qur’an yang menjelaskan tanpa keraguan adanya harta terpendam di kedalaman bumi .. terutama harta Karun, membayangkan kembali bagaimana ekonomi orang Arab jika harta-harta tersebut berhasil dieksplorasi, apalagi tidak ada larangan syarie dalam penggalian harta dan kekayaan bumi kecuali dalam kasus tertentu seperti kasus gunung emas yang ada di bawah Sungai Efrat.
Dan bagaimana cara menentukan lokasi-lokasi harta kekayaan tersebut Salit menekankan, bahwa hal ini dilakukan melalui sejumlah poros, termasuk melalui penyamaan dengan membagi ketinggian tempat tertinggi di bumi, yaitu Gunung Everest terhadap pengulangan terbanyak dari kata “bumi” dalam Al-Qur’an yaitu yang terkandung dalam Surah “Al-Baqarah”, dan hasilnya sebagai berikut: 8848 ÷ 24 kali, sehingga hasilnya adalah kedalaman tanah dari harta Karun = 7 derajat × 368 meter = 2576 meter merupakan kedalaman di mana terdapat semua harta Karun yang kunci-kuncinya hanya mampu diangkat oleh sejumlah pria yang kuat, yang dibenamkan Allah Ta’alaa ke dalam bumi, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an.
Penentuan lokasi harta Karun, dan lokasi yang tepat dari harta Karun menurut penelitian yang ditunjukkannya ada di wilayah barat Danau Karun di provinsi Fayoum Mesir, mengingat bahwa kedalaman air di danau tersebut lebih dari 20 meter. Dia meminta pihak yang berwenang untuk mempersiapkan alat “seismik” untuk kawasan tersebut untuk memverifikasi temuannya ..
Mengenai cerita tentang gunung emas yang ada di bawah dasar Sungai Efrat. Dia menekankan bahwa dia menggunakan cara yang sama untuk menentukan lokasinya seperti pada harta Karun, tetapi menolak untuk mengungkapkan lokasinya karena adanya larangan eksplisit dari baginda Rasulullah saw untuk menggalinya karena akan menimbulkan fitnah dan perselisihan, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terjadi
hari kiamat sehingga Efrat dibalikkan menjadi gunung emas yang
diperebutkan manusia, dari setiap 100 orang yang terbunuh 99 orang, setiap orang dari
mereka berkata: mudah-mudahan aku yang selamat”.
Kekayaan tersembunyi di dunia Arab :
Dia menjelaskan bahwa penelitiannya meluas ke setiap tempat di bumi. Sampai sekarang bumi belum mengeluarkan seluruh kekayaannya yang bernilai ribuan miliar dolar dari emas, minyak dan harta terpendam, dia menunjukkan bahwa penelitiannya menentukan secara teliti lokasi-lokasi kekayaan di Mesir, termasuk 6 tambang uranium, 14 bahan radioaktif, 24 sumur minyak dan gas, 11 harta arkeologi, 5 tambang bijih besi,3 pertambangan garam, 17 tambang emas dan perak, dan harta kekayaan ini tersebar antara Sungai Nil dan dua laut yaitu Laut Merah dan Mediterania dan Gurun Timur.
Ada juga tambang emas terbesar di dunia di Kuwait pada kedalaman 3312 meter, serta tambang uranium terbesar di dunia yang ditemukan di Yaman, dan sumur minyak terbesar juga ada di Palestina yang terjajah, dan ada di Madinah dua tambang emas, dan di Mekah empat tambang emas, di samping 3 harta arkeologi di Mekah, dan 3 harta arkeologi lainnya di kota Madinah, dan ada 6 sumur minyak dan gas utara Yanbu, utara Laits, dan bagian utara Syaqiq. Semua lokasi kekayaan ini ditentukan secara teliti pada peta petunjuk.
Ketika ditanya apakah ia telah benar-benar memverifikasi penemuannya, dia menekankan pada 22/10/2002 ia mengajukan permohonan untuk wawancara dengan Menteri Kelistrikan Mesir untuk memberitahu mengenai keberadaan enam tambang uranium, sehingga mengalihkannya kepada direktur bahan nuklir pada saat itu untuk memberitahukan kepadanya tentang hal itu, dan disana dia menyerahkan sebuah peta yang menunjukkan lokasi tambang di utara Governorat Sohag, lalu menugaskan Dr Abul Huda Serafi Direktur Eksplorasi di Lembaga tersebut untuk memverifikasinya, setelah itu surat kabar melaporkan adanya penemuan tambang, tanpa merujuk pada perannya, jadi sekarang dia melanjutkan usahanya untuk mengungkap karya ilmiah. Menghimbau kepada Khadimul Haramain Dua Masjid Suci dan para pemimpin Arab dengan bantuannya untuk mendeteksi kekayaan ini yang akan menambah manfaat kepada negara mereka.
[ar/alarabiaya]voa-islam.com
Al-Qur’an dan Sciene Membuka Tabir Misteri Makhluk Alien (UFO)
SIAPAKAH MAKHLUK UFO (ALIEN) ?
Misteri
mengenai fenomena yang seringkali terjadi dengan kehadiran Piring
Terbang atau benda tak dikenal yang biasa disebut UFO ini sangat
menghebohkan manusia di banyak negara. Kehadiran mereka seringkali
merontokan pendapat manusia adalah satu-satunya makhluk yang cerdas di
muka bumi, begitupula sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah.
Al-Qur’an dan Sciene mencoba mengungkap tabir misteri berdasarkan kajian
dan peristiwa yang sudah terjadi.
Kesimpulan
sementara mengenai siapa pengendara piring terbang (UFO) atau sering
juga disebut alien dari berbagai sumber berdasarkan Al-Qur’an dan Sciene
yaitu ;
Yang kesatu,
ada banyak dugaan bahwa berdasarkan tafsir Al-Qur’an dahulu dibumi
pernah ada mahluk hidup lain sebelum Nabi Adam A.S. yang memiliki
peradaban sangat tinggi. Lihat kisah kejadian Nabi Adam A.S. diciptakan
yang diprotes para malaikat karena dianggap akan merusak seperti makhluk
sebelumnya.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Baqoroh
:30)
Pemahaman
“Khalifah” itu dipahami bukan “wakil” melainkan diartikan sebagai
“pengganti” dasarnya : Dia-lah yang menjadikan kamu
(pengganti-pengganti) khalifah-khalifah di muka bumi. (QS Fathir:39)
Kemudian
Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah
mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.(QS Yunus: 14)
Atau di dalam tafsir ibnu Katsir (hal 104)
“Yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun dan generasi demi generasi”.
Firman
Allah :“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim
dan keluarga`Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”
(QS Ali Imran:33)
Menurut Ilmu Pengetahuan :
a.
Di puncak Big Hill Pegunungan Cumberland di Jackson County Kentucky,
terletak lapisan batu pasir dari zaman karbon. Di tahun 1880-an batu itu
dilindas roda kereta yang lewat sehingga suatu ketika permukaan batunya
pecah. Ketika remukan akibat pecahan itu sudah tidak menutupi lagi,
sederetan jejak ditemukan di atas lapisan karbon berusia sekitar 300
Juta tahun (sebelum perkiraan waktu adanya Adam), Jejak-jejak yang
ditemukan adalah dua jejak manusia, ukuran baik, ibu jari terbuka lebar
dan mempunyai tanda yang amat jelas. Jejak ini diperiksa oleh PRof. JF Brown dari Berea College, Kentucky. (kutipan dari The American Antiquarian, 7:39, Januari 1885)
b.
Sepasang jejak kaki manusia (ada fotonya, sama dengan jejak kaki
manusia biasa bentuknya) pernah menghiasi lempengan batu kapur di tepi
barat Sungai Mississippi di St. Louis.
Di tahun 1816 atau 1817, lempengan
itu digali dari posisinya dan dipindahkan oleh Bp. George Rappe ke desa
Harmony (sekarangNew Harmony Indiana). Panjang jejak itu 10 inc dan
lebar 4 inc di jari kaki, terpisah 6 inc di tumit, dan 13 inc di jari
kakinya, menurut laporan Henry R. Schoolcraft, “jari-jari kaki amat
terbentang, dan telapak kakinya rata seperti yang akan terjadi pada
mereka yang terbiasa lama tidak mengenakan sepatu. Walaupun keadaannya
seperti itu, jejak tersebut mencolok amat alami, menunjukkan rincian
otot, dan membengkaknya tumit serta jari-jari kaki, dengan ketepatan dan
kebenaran alami, yang tidak dapat saya salin, dengan tepat, dalam
gambar ini…. (maaf gambar tidak bisa saya scan) Penelitian dari segala
segi akan menjamin kesimpulan bahwa jejak ini terbuat pada waktu batu
ini masih cukup lunak sehingga tekanan akan membentuk jejak tersebut dan
bahwa jejak kaki ini alami dan asli. Dalam skema geologi, batu kapur
ini mengeras sekitar 270 juta tahun yang lalu (jauh sebelum perkiraan adanya Adam). Batu dan jejak kaki dikatakan mengalami bukti keausan dan penuaan yang sama. (dikutip dari The American Journal of Science and Arts,1:5:223-31,1882)
c. Fosil jejak kaki yang mungkin tertua yang sudah tersingkap ditemukan di bulan Juni 1968 oleh William J. Meister seorang
kolektor fosil. Diperkirakan jejak kaki itu berumur sekitar 300-600
juta tahun yang lalu juga dengan bukti pendukung adanya seekor tribolet
yang ada jejak fosilnya di bawahnya (seolah tribolet itu terinjak jejak
kaki tsb). Tribolet adalah invertebrata laut berukuran kecil,
kerabat dari udang dan kepiting yang banyak dijumpai sekitar 320 juta
tahun yang lalu sebelum punah 280 juta tahun yang lalu. Hal yang sangat
aneh, adalah jejak kaki manusia itu mengenakan alas kaki sederhana…. Ditemukan
di Antelope Spring, 43 mil di barat Delta, Utah. (Ada gambarnya tapi
tidak saya scan)Tanggal 20 Juli 1968, seorang geologi dari Tucson
Arizona Dr. Clifford Burdick, meneliti jejak itu dan ditemukan jejak
menumpuk di atas alas kaki itu seperti jejak seorang anak-anak. (kutipan
Creation Research Society Quarterly, Desember 1968) dan masih banyak
bukti-bukti penemuan tentang jejak kaki yang berumur puluhan juta bahkan
ratusan juta tahun yang lalu.
Perkiraan adanya Adam menurut Doktor Adil
Thoha Yunus di dalam bukunya, Hayat Al-Anbiya Bayna Haqoiq at Tarikh wa
al Mukasyafat Al-Atsariyyah al-Jadidah) adalah sekitar 600 tahun sebelum masehi, ini didasarkan keterangan dari kitab Taurat yang tertua.
Langganan:
Postingan (Atom)