“Dunia ini Bukanlah Milik Kita, Jadi Berhentilah Mencintai Dunia ini”
Bagi pembaca
rutin blog ini, kalimat di atas sangat falimiar kedengarannya. Kalimat
di atas adalah tulisan yang terdapat di header blog ini sebelum diganti
dengan yang sekarang. Ada yang menganggap tulisan itu adalah tulisan
yang menyindir mereka, tapi ada juga yang mencelanya karena tidak
mengetahui artinya.

Apa arti tulisan tersebut?
1. Dunia ini bukanlah milik kita
Ya, memang
dunia ini bukanlah milik kita. Dunia ini dan segala isinya, termasuk
kita sendiri, adalah milik dari Allah, Sang Pencipta kita. Seperti yang
sudah tertulis di dalam Ayat Kursi :
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
[Qur’an surah Al Baqarah (2) : 255]
Dunia ini
hanya milik Allah semata, dan apa-apa yang ada di dunia ini hanyalah
fasilitas-fasilitas yang diberikan Allah untuk menunjang kehidupan
manusia. Jadi jika Allah telah memberikan fasilitas-fasilitas tersebut
untuk kita, sudah sepatutnya kita menggunakannya dengan bijak dan tidak
berlebih-lebihan. Karena Allah melarang kita untuk hidup
berlebih-lebihan.
“…dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
[Qur’an surah Al An’aam (6) : 141]
Tapi juga
berlebih-lebihan yang dimaksud juga bukannya menghindari pemakaian
barang tambang, kayu di hutan, dan memakan binatang. Semua itu
diciptakan oleh Allah untuk manusia, dan manusia berhak menggunakannya
demi kemaslahatan manusia lainnya. Tidak benar juga apabila apa-apa yang
ada di dunia ini dikuasai segelintir orang demi keuntungan pribadinya
secara berlebihan. Orang Muslim sangat dianjurkan untuk menjadi kaya,
tetapi bukan untuk memperkaya diri, melainkan agar dapat membantu
sesamanya yang kesulitan.
Jadi
pemakaian sesuatu yang Allah sediakan di dunia haruslah bijak dan sesuai
dengan apa yang sudah Rasulullah ajarkan kepada kita. Misalnya dalam
menggunakan hasil hutan sebaiknya setelah diadakan penebangan hutan
kemudian ditanami kembali.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”
[Qur’an surah Asy Syu'araa' (26) : 7]
Saya jadi
teringat pembicaraan saya dengan salah seorang aktivis Green Peace. Kami
membicarakan tentang kebohongan Al Gore terhadap isu pemanasan global
yang sebenarnya hanyalah konspirasi Zionisme untuk mencegah pertumbuhan
negara-negara yang masih bergantung pada sumber-sumber hutan dan
pertambangan. Karena menurut pandangan Dr. Robin Baker dari University
of Manchester. Seperti yang tertuang di bukunya yang berjudul “Fragile Science”, beliau mengatakan bahwa, “Sesunggunya
Bumi tidak mengalami pemanasan global seperti yang dibesar-besarkan
oleh media, justru Bumi kini sedang memasuki masa zaman es kembali. Bumi
dapat merecovery dirinya sendiri tanpa campur tangan manusia.”
Banyak
ilmuwan Matahari bahkan menyatakan jika cuaca panas yang ada di Bumi
saat ini bukanlah karena campur tangan manusia dan emisi karbon,
melainkan karena kenaikan temperatur Matahari yang terjadi 50 tahun
belakangan ini, serta jarak antara Bumi dan Matahari yang sedang dalam
fase terdekat.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
[Qur’an surah Al Hujuraat (49) : 6]
Kita tahu bahwa Al Gore adalah seorang Zionist Yahudi
dan anggota Freemason yang selalu berada di balik kekacauan dunia. Dan
orang-orang Zionist adalah orang-orang fasik. Untuk lebih jelasnya
tentang Konspirasi Pemanasan Global akan saya jelaskan lain waktu.

Kembali kepada bahasan kalimat di atas tadi…
2. Jadi Berhentilah Mencintai Dunia ini
Jika anda membaca beberapa puisi saya, maka anda akan menemukan banyak kata-kata “Memeluk Dunia”.
Dua kata itu sendiri menggambarkan tentang manusia yang sangat
mencintai kehidupannya di dunia, sehingga setelah dia mati ruhnya tidak
dapat pergi ke alam Barzakh.
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”
[Qur’an surah Faathir (35) : 5]
Kehidupan
dunia telah banyak membuat manusia terperdaya dan telah keluar jalur
dari fitrah kita sebagai manusia. Contohnya adalah karena terlalu
mencintai pekerjaan kita malah melupakan keluarga kita yang sejatinya
adalah amanah dari Allah. Pekerjaan yang hilang dapat kita cari lagi,
tapi apabila keluarga kita yang hilang dari kita… darimana kita
mendapatkan gantinya?
Orang yang
mati dengan mencintai dunianya maka ruhnya seolah memeluk dunia dan
tidak dapat pergi ke alam Barzakh. Pengertian Barzakh sendiri adalah
sesuatu yang tidak dapat tertembus. Artinya apabila ruh seseorang sudah
memasuki alam Barzakh, maka ia tidak dapat kembali lagi ke alam manusia.

Ada pun
orang yang sangat mencintai dunia, maka ruhnya akan terus memeluk dunia
dan tidak dapat menuju alam Barzakh. Peristiwa ini dikenal oleh manusia
dengan sebutan gentayangan. Yaitu ruh yang menyalahi fitrahnya karena
sangat mencintai dunia, orang-orang ini nantinya akan masuk neraka
karena lebih memilih dunia yang fana daripada Allah yang kekal.
Oh iya,
kenapa orang yang mati bunuh diri gentayangan? Karena dia mati karena
terlalu mencintai dunianya. Orang yang menyesal akan dunia adalah orang
yang teramat mencintai dunianya. Karena itu ruhnya tidak akan dapat
menuju alam Barzakh. Na’udzubillah min dzalik…
Karena itu
sebagai seorang muslim, sudah sepatutnyalah hanya Allah yang mutlak kita
cintai, bukan dunia dan segala sesuatu di dalamnya yang fana.

~Tio Alexander